Catatan Willy Kumurur
Italia vs Spanyol, Puisi di Wembley
Pertempuran itu akan indah, karena gladiator versus matador adalah seniman bola. Dalam gerakan para pemain bola terlihat keindahan puisi.
Puisi di Wembley
Oleh: Willy Kumurur
Penikmat Bola
Hanya dengan memahami kematian, kita dapat mengerti tentang kehidupan, tulis Mitch Albom dalam novelnya yang masyhur Tuesday With Morrie.
Di dunia nyata, penyair besar Spanyol Federico Garcia Lorca mengungkap realita tentang negerinya, “Spanyol adalah satu-satunya tanah di mana orang tidak dapat membayangkan kehidupan tanpa kematian.”
Karena itulah, orang Spanyol berani menghadapi kematian atas nama kehidupan. Inilah mentalitas matador, yang konsekuensinya, berani mempertaruhkan hidupnya dengan memainkan nyawanya di ujung tanduk banteng.
Filosofi ini juga menyusup masuk dan menjadi roh dalam diri setiap pemain bola Spanyol yang oleh karena itu tim Spanyol disebut juga tim matador.
Di Euro 1988, tiga puluh tiga tahun yang lalu, La Furia Roja – Spanyol, di bawah asuhan Miguel Munoz tampil meyakinkan sampai mereka berhadapan dengan Italia di penyisihan Grup 1.
Baca juga: Semifinal Euro 2021: Cesar Azpilicueta Optimistis Spanyol Hancurkan Italia di Wembley
Emilio Butragueno, Julio Salinas dan kawan-kawan, memasuki lapangan di Waldstadion, Jerman Barat.
Tim Matador sangat yakin dengan mentalitas matador mereka akan dapat menjinakkan banteng-banteng Italia.
Gli Azzuri tidak gentar. Sang pelatih, Azeglio Vicini, dengan garang membangkitkan emosi dan semangat timnya.
“Spanyol itu bukan matador, mereka adalah sekumpulan serigala. Kita adalah pemburu serigala. Angkat bedil, tembak dan bunuh serigala itu!”
Barisan pertahanan dijaga oleh kiper Walter Zenga, bek Franco Baresi dan Giusepe Bergomi dan Paolo Maldini yang dengan sangat disiplin tidak membiarkan sejengkalpun wilayah kekuasaannya jatuh ke tangan lawan.
Sedangkan di tengah ada Carlo Ancelotti dan kawan-kawan yang siap memasok bola ke para penyerang haus gol.
Di garis depan tim Italia, ada dua orang sahabat karib yang bermain di klub Sampdoria Genoa, yang karena kekompakannya bermain sehingga digelari “si kembar dari Genoa”.
Mereka adalah Gianluca Vialli dan Roberto Mancini yang karena permainannya yang cantik membuat barisan pertahanan Spanyol dibombardir habis-habisan.