Tribun Bakudapa
Menelisik Lebih dalam Soal Kawanua Rescue Indonesia, Bentuk Solidaritas Kawanua di Perantauan
Ini kisah terbentuknya KRI dan program kerjanya membantu pemerintah dalam menanggulangi bencana
Penulis: Isvara Savitri | Editor: David_Kusuma
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Indonesia merupakan salah satu negara rawan bencana di dunia.
Topografi yang dipenuhi gunung, laut, dan menjadi tempat berlalu-lalangnya lempengan bumi, membuat Indonesia diterpa bencana setiap tahunnya.
Hal inilah yang menginisiasi Ketua Baguna PDIP Max Ruland Boseke membentuk Kawanua Rescue Indonesia (KRI), sebuah organisasi potensi SAR.
Meski terbilang baru, nantinya KRI akan membuka cabang pertama di Sulawesi Utara (Sulut).
Bagaimana kisah terbentuknya KRI dan program kerjanya membantu pemerintah dalam menanggulangi bencana?
Simak wawancara khusus Max Boseke bersama Tribun Manado di acara Tribun Bakudapa berikut ini.
Max Boseke pernah bekerja di basarnas, jabatan terakhir sekretaris basarnas
Kawanua Rescue Indonesia
Baca juga: Puan Maharani Sebut Enak Lihat Kader PDIP Kini Sudah Pakai Baju Cokelat
TM: Bagaimana KRI bisa terbentuk?
MRB: KRI baru dibentuk Maret 2021. Kita deklarasi Desember 2020 kemudian Maret 2021 kita resmi KRI dilantik. Tentunya dalam rangka kepedulian Kawanua terkait bencana yang terjadi di negara kita.
TM: Menurut Anda apakah warga Sulawesi Utara sudah memiliki kesadaran bahwa daerahnya rawan bencana?
MRB: Sebenarnya mereka cukup sadar, namun memang karena keadaan, ada kalanya mereka masih berada di tempat yang cukup berisiko memakan korban ketika terjadi bencana misalnya tanah longsor, kemudian di daerah pinggir sungai yang bisa mengakibatkan banjir yang memakan korban. Seharusnya peran Pemda untuk mensosialisasikan dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
TM: Apa program kerja KRI ke depannya?
MRB: Ketika terjadi bencana pertama kita akan evakuasi korban dan pertolongan medis dalam fase tanggap darurat. Kita juga akan membentuk dapur umum ketika bencana, ketiga trauma healing. Kenapa? Karena anggota KRI ada yang dokter, psikolog, psikiater, penyanyi, pelawak, yang cocok jadi satu tim untuk menghibur dan memberikan kepercayaan kembali kepada masyarakat supaya hidupnya semangat lagi.
TM: Apakah KRI ini sudah diakui pemerintah?
MRB: Saat ini KRI sudah resmi terdaftar di Basarnas sebagai organisasi potensi SAR dan juga secara resmi terdaftar di BNPB sebagai organisasi relawan.
TM: Apa yang akan dilakukan KRI untuk membentuk tim yang profesional dan mumpuni?
MRB: Dalam waktu dekat kita akan melakukan pelatihan-pelatihan untuk evakuasi korban, bantuan medis, dapur umum, serta trauma healing. KRI juga menyusun modul terkait kebencanaan versi kita. Jadi kita mengumpulkan ilmu-ilmu kebencanaan teman-teman KRI untuk dijadikan modul bahan ajar yang berbeda dari Basarnas, BNPB, dan instansi lain yang nantinya akan kita tawarkan ke pemeirntah pusat, Pemda, dan masyarakat yang membutuhkan.
Modulnya akan lebih aplikatif karena berdasarkan pengalaman masing-masing anggota KRI. Terakhir dalam waktu dekat sepakat membentuk cabang pertama KRI di Sulut. Kita akan membentuk tenaga-tenaga yang khusus, yang belum dimiliki pemerintah maupun instansi lainnya, misalnya saja penyelam.
TM: Potensi SDM seperti apa yang ada di Sulut?
MRB: Di Wori, Minahasa Utara mislanya banyak penyelam alam yang bisa menyelam dengan kedalaman lebih dari 50 meter tanpa tabung selam dengan waktu 20-25 menit. Orang Manado juga jago panjat kelapa, berarti dia ahli di tempat ketinggian misanya tebing, gunung, gedung-gedung bertingkat.
TM: Apakah dalam waktu dekat akan mengadakan kegiatan di Sulut?
MRB: Bulan Juli nanti KRI bersama Baguna Pusat dan Sulut akan melakukan pelatihan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan akan dilakukan di Bitung bekerjasama dengan BMKG di Bitung untuk memberitahu ancaman cuaca dan bencana di laut yang berjumlah kurang lebih 30 orang untuk diberikan pengetahuan itu untuk mensosialisasikan ke nelayan.
TM: KRI ini hanya akan ada di Sulut atau terlibat operasi SAR secara nasional?
MRB: Teman-teman Kawanua di beberapa daerah sudah menghubungi saya seperti di Medan, NTT, Jawa Timur, tapi kan KRI baru kemarin dibentuk. Jadi kita memang masih bayi untuk itu, namun cakupan kita tetap se-Indonesia.
TM: Sudah ada konsep soal penggalangan bantuan?
MRB: Misalnya pada bencana di NTT kemarin teman-teman Kawanua sudah memberikan bantuan ke KRI ada berupa pakaian, kebutuhan sehari-hari, dan seterusnya itu sampai lebih dari 70 karung besar yang harus ditampung KRI. Jika ada yang ingin memberikan bantuan dana, KRI juga sudah membuka rekening di Bank Sulut Go di Jakarta. KRI sendiri sudah berkontribusi ke beberapa bencana seperti banjir di Pandeglang, Indramayu, Jakarta dan sekitarnya, dan terakhir kemarin di NTT.
TM: Kalau untuk orang di Sulawesi Utara sendiri apakah tipikalnya mau saling membantu?
MRB: Budaya Minahasa itu kan Mapalus, gotong royong. Harusnya dari budaya nenek moyang tersebut jiwa semangat membantu itu pasti besar.
Baca juga: Ini Jawaban Puan Maharani Mengenai Kesiapan Jadi Capres 2024
TM: Sedikit keluar dari KRI, bagaimana Anda bisa menjadi Ketua Baguna PDIP Pusat dan apa saja yang sudah dilakukan?
MRB: Karena saya latar belakangnya di Basarnas jadi saya dipercaya membangun Baguna. Baguna sama dengan organisasi partai, ada di provinsi, kabupaten/kota, bahkan hingga ke desa-desa. Saya berharap kehadiran Baguna benar-benar bisa dirasakan manfaatnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan di penanggulangan bencana.
Ke depan Baguna menjadi tenaga-tenaga terampil dan profesional kalau perlu bisa memiliki sertifikat yang bisa digunakan secara nasional maupun internasional.
Contohnya 16 Juni-23 Juni 2021 akan ada pelatihan SAR pertolongan di air sebanayk 100 peserta Baguna Indonesia di Cibubur, pelatihnya ada dari Basarnas, BNPB, BMKG, dan Kementerian ESDM. Agustus Baguna akan ada pelatihan bekerjasama dengan BNPB untuk mendapatkan managemen penanggulangan bencana.(*)
YOUTUBE TRIBUN MANADO