Hikmah Ramadhan
Adil Beribadah di Bulan Ramadhan
Penulis adalah dosen hadis dan ilmu di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Manado. Juga anggota Komisi Fatwa MUI Sulut.
Oleh: Dr Muhammad Tahir Alibe M.Th.I
Dosen Hadis/Ilmu di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Manado. Anggota Komisi Fatwa MUI Sulut.
Tulisan artikel sederhana saya sebelumnya tentang Tauhid Sosial.
Sekedar untuk mempertegas kembali bahwa ibadah Individu disebut dalam pembahasan fiqih Ibadah mahdah, sementara Ibadah sosial disebut sebagai ibadah muamalah.
Ibadah Mahdah menekankan hubungan dengan Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa.
Shalat, puasa, zakat, haji, zikir, aqiqah, mengurus Jenazah adalah contoh ibadah individu.
Baca juga: Lebih Baik Mana: Sedekah ke Saudara Kandung, Fakir Miskin, atau Janda Miskin?
Ibadah muamalah menekankan hubungan dengan sesama makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Lalu pada bulan puasa Ramadhan, yang mana lebih ditekankan? Apakah ibadah Individu atau Ibadah sosial?
Bila kita merujuk kepada khutbah Nabi saw menjelang memasuki bulan Ramadhan, maka yang didapati bahwa penekanan pada ibadah sosial lebih ditekankan daripada Ibadah individu.
Porsi ibadah sosial lebih banyak daripada Ibadah Individu.
Tentu saja tulisan ini bukan untuk mendikotomi apalagi menganggap remeh Ibadah Individu atau Ibadah sosial.
Namun kita ingin mendudukkan sesuatu sebagaimana adanya.
Diharapkan umat Islam tidak hanya fokus Ibadah Individu atau Ibadah Sosial misalnya.
Tetapi memberi perhatian kepada keduanya, tanpa menganggap remeh yang lain.
Jika disebutkan poin-poin penting dalam khutbah Nabi saw memang terbagi pada dua bagian yaitu Ibadah Individu dan Ibadah sosial.
Baca juga: Demokrat Jadi Kekayaan Intelektual Pribadi, SBY Dikritik: Kenapa Tak Dirikan Partai Yudhoyono Saja
Pada bagian ibadah Individu, disebutkan oleh Nabi Saw agar melakukan shalat dan sujud, puasa, membaca al-Qur'an, memperbanyak berdoa, Istighfar atas segala dosa-dosa yang memenuhi sudut-sudut langit.