Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Terorisme

Anak Muda Jadi Teroris, Soal Ideologi dan Menjadi Keren, Pengamat Terorisme Kritik BPIP

Narasi dalam terorisme bukan hanya soal ideologi tetapi lebih jauh dari itu. Ada beragam cara bagaimana anak muda bergabung dalam gerakan semacam itu.

Tribun Timur/Sanovra Jr
Aparat Brimob melakukan penggeledahan rumah Lukman, tersangka bom bunuh diri Gereja Katedral Makassar yang berlangsung di Jalan Tinumbu 1 Lrg 132, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (29/3/2021). Aparat menggunakan robot penjinak bom dengan tujuan untuk menggeledah barang bukti di dalam rumah tersangka. 

Setidaknya 26 persen memiliki masalah keluarga, dan hanya 4 persen yang bermasalah secara ekonomi.

Kasandra menyebutkan bahwa mereka yang bersikap radikal biasanya memiliki tingkat agresivitas yang tinggi, mudah terpicu, dan memiliki masalah dalam pengambilan keputusan.

“Bukan tidak bisa mengambil keputusan, tetapi mereka terbiasa berpikir secara kaku,” tekannya.

“Mereka menolak adanya obyektivitas, jadi mereka hanya menerima satu, tidak menerima yang lain,” lanjut dia.

“Ini yang harus menjadi pertimbangan untuk mengajarkan kemampuan tersebut sejak dini. Kritis, obyektif, berpandangan berbeda, toleransi, humanistik dan lain sebagainya,” tambah Kasandra.

Deradikalisasi Butuh Perbaikan

Direktur The Indonesia Intelligence Institute, Ridlwan Habib, menguraikan catatan lembaga itu terkait aksi terorisme di Indonesia.

Menurutnya sepanjang tahun 2000 hingga 2021, telah terjadi 553 serangan teroris.

Serangan Zakiah Aini di Mabes Polri pada pekan lalu, merupakan serangan ke-197 dengan penggunaan senjata ke markas polisi.

Ridlwan juga menambahkan Indonesia telah memiliki 875 narapidana teroris, 220 dalam proses hukum, dan sebanyak 180 orang ditangkap dalam 3 bulan terakhir.

Ridlwan kemudian meneliti 12 penjara di mana di dalamnya ada narapidana terorisme.

Dia menemukan bahwa kegiatan deradikalisasi di sana tergolong sangat formalistik, seperti penyelenggaraan seminar yang tidak diikuti narapidana terorisme itu sendiri.

Justru sebaliknya, penjara menjadi madrasah atau sekolah bagi para pelaku jihad.

“Orang masuk penjara begitu keluar, bukannya sembuh, tetapi malah lebih hebat. Orang yang belum bisa merakit bom, masuk penjara ketemu dengan senior yang bisa merakit bom, diajari di dalam,” ungkap Ridlwan.

“Orang yang masuk penjara karena kasus pencurian motor, namanya Ali, masuk penjara Cipinang, dicuci otak oleh JAD, keluar dari penjara pada 2016 menjadi pelaku bom Thamrin,” lanjut dia.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved