Sukanto Tanoto
Seperti Ini Profil Sukanto Tanoto, Raja Sawit yang Menyimpan Banyak Harta Gelap di Jerman
Nama Sukanto Tanoto saat ini tengah hangat dibicarakan, setelah terungkapnya kepemilikan gelap gedung-gedung Sukanto Tanoto dan anaknya di Jerman
Bahkan, menurutnya otoritas di Jerman tidak mengetahui bahwa konglomerat sawit asal Indonesia itu yang membeli properti-properti tersebut.
Organisasi lingkungan Greenpeace menyebut Sukanto Tanoto sebagai "sosok perusak hutan terbesar dunia".
Organisasi itu juga menuduh praktek bisnis minyak sawitnya terlibat berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan berbagai praktik penghindaran pajak.
Sven Giegold menekankan, praktek pengemplangan pajak merugikan tidak hanya Jerman dan Uni Eropa, melainkan juga Indonesia. Di Jerman saja, kerugiannya mencapai lebih 20 miliar euro.
Investigasi dimungkinkan Aturan Tranparasi Uni Eropa
Proyek OpenLux digalang oleh OCCRP, platform jurnalisme investigatif untuk mengungkap kasus-kasus kejahatan terorganisir dan korupsi skala besar.
Dalam proyek ini, berkolaborasi dengan media Prancis Le Monde dan media Jerman Süddeutsche Zeitung (SZ).
Setelah ditetapkan Aturan Transparansi pada tahun 2018 untuk memerangi korupsi, pencucian uang dan pendanaan terorisme, investigasi untuk pelacakan kepemilikan yang dibeli dengan konstruksi perusahaan cangkang dimungkinkan di Uni Eropa.
Aturan ini mewajibkan negara-negara anggota Uni Eropa membuat daftar kepemilikan secara transparan yang memuat nama-nama pemilik properti dan usaha maupun pemegang saham.
Investigasi OpenLux mengungkapkan, di Luxembourg saja ada sekitar 55 ribu perusahaan cangkang yang mengelola dana sampai 5 triliun euro.
Artikel ini telah tayang di tribunnewswiki.com dengan judul Memburu Harta Gelap Keluarga 'Raja Sawit' di Jerman, Berikut Profil Sukanto Tanoto