Sukanto Tanoto
Seperti Ini Profil Sukanto Tanoto, Raja Sawit yang Menyimpan Banyak Harta Gelap di Jerman
Nama Sukanto Tanoto saat ini tengah hangat dibicarakan, setelah terungkapnya kepemilikan gelap gedung-gedung Sukanto Tanoto dan anaknya di Jerman
Pada saat terjadi krisis minyak tahun 1972, yang menyebabkan harga minyak dunia melambung, Sukanto Tanoto mendapatkan keuntungan dari bisnis kliennya yang berkembang secara pesat.
Dengan tambahan modal usaha, Sukanto Tanoto mengalihkan perhatiannya pada bisnis lain yang berbeda pada tahun 1973.
Pada saat itu Indonesia menjadi pengekspor kayu log ke Jepang dan Taiwan untuk diolah menjadi plywood, sebelum diimpor kembali ke Indonesia dengan harga yang mahal.
Sukanto Tanoto melihat situasi tersebut sebagai peluang untuk membangun sendiri pabrik pengolahan kayu di Indonesia.
Pabrik tersebut diresmikan oleh Presiden Suharto dan mulai beroperasi pada tahun 1975
Baca juga: Otoritas China Sebut Virus Corona Berasal Dari Kepala Babi Impor
Baca juga: Cari Kerang Berujung Petaka, Wanita 51 Tahun Berakhir Dimulut Buaya
Pengusaha Otodidak
Sukanto Tanoto merupakan pengusaha otodidak dan tidak menyelesaikan pendidikan formal di bangku sekolah.
Ia belajar bahasa Inggris kata demi kata menggunakan kamus bahasa Tiongkok – Inggris dan akhirnya mampu mengikuti sekolah bisnis di Jakarta pada pertengahan tahun 1970.
Sukanto Tanoto kemudian melanjutkan belajar di INSEAD di Fontainebleau, Prancis.
Pada tahun 1997, Sukanto menetap di Singapura, namun ia tetap merupakan WNI dan memegang paspor Indonesia.
Sukanto Tanoto Termasuk Orang Terkaya di Indonesia dari Bisnis Kayu
Dilansir Kompas.com, Sukanto Tanoto atau Tan Kang Hoo merupakan konglomerat pemilik grup usaha Royal Golden Eagle International (RGEI).
Ia dulu dikenal sebagai Raja Garuda Mas yang berbasis di Singapura.
Ia memulai bisnisnya pada 1967 sebagai pemasok suku cadang dan pengusaha di bidang jasa konstruksi untuk industri minyak, sebelum sebesar saat ini.
Kelompok bisnis RGE, bergerak di berbagai industri di antaranya yang terbesar yakni industri kertas dan pulp oleh (Asia Pacific Resources International Holding Ltd atau APRIL), dan industri perkebunan Kelapa Sawit (Asian Agri dan Apical).