Ex Philosophia Claritas
Merawat Ekologi, Memperlakukan Alam dengan Baik
Sebetulnya tidak ada bencana alam, yang ada justru bencana bagi manusia karena tidak memahami alam, dan karena itu, kenali alam, patuhi hukum-hukumnya
Dalam kondisi demikian, kita menolak menyalahkan diri sendiri dengan menyatakan bahwa ini bencana alam.
Jadi sebetulnya tidak ada bencana alam, yang ada justru bencana bagi manusia karena tidak memahami alam, dan karena itu, kenali alam, patuhi hukum-hukumnya.
Dari statement tersebut, nyatalah bahwa alam harus dijaga agar tidak membawa bencana pada manusia.
Lingkungan alam yang secara nyata menyatu dengan dan dikelola manusia, adalah tempat tinggal manusia, dia harus diperlihara dengan baik.
Terkait hal ini, kita perlu mengurai kembali apa itu lingkungan.
Lingkungan hidup dipahami sebagai ‘oikos’ yang berarti habitat tempat tinggal.
‘Oikos’ adalah keseluruhan alam semesta serta seluruh interaksi saling pengaruh yang terjalin di dalamnya, yakni di antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya.
‘Oikos’ adalah rumah, rumah semua makhluk hidup (bukan hanya manusia) yang sekaligus rnenggambarkan interaksi dan keadaan seluruhnya yang berlangsung di dalamnya. (Keraf 2014: 42).
Demikian juga, ‘oikos’ disepadankan dengan ‘logos’, sehingga menjadi ‘oikos-logos’- ekology-ekologi.
Maka, ekologi berarti ilmu tentang lingkungan, juga berarti ilmu tentang ekosistem yang menyangkut segala hubungan, serta saling pengaruh di antara ekosistem dan isinya, termasuk dinamika dan perkembangannya.
Dalam proses interaksi dengan lingkungan, semua saling menyesuaikan dan saling memengaruhi. Maka dalam ekologi itu yang paling penting adalah kehidupan dan interaksi yang terjalin. (ibid.)
Jadi, lingkungan adalah segalanya yang ada di sekitar kita. Termasuk semua yang hidup dan yang tidak hidup yang dengannya kita berinteraksi.
Dan itu mencakup jaringan hubungan kompleks yang menghubungkan kita satu sama lain dan dengan dunia tempat kita tinggal. (Miller & Spoolman, Essential Ecology, 2009).
Bencana alam yang terjadi menegaskan bahwa kita sedang mengalami krisis yang serta merta mengancam kehidupan pada umumnya.
Mengutip apa yang dikatakan Fritjof Capra, sebagaimana Keraf menyatakan dalam ‘Filsafat Lingkungan’, dikatakan bahwa kita sedang mengalami sebuah fase krisis yang mendalam yang melanda seluruh dunia.
Krisis yang kompleks dan multidimensi itu menyentuh berbagai aspek kehidupan kita. Maka dalam kondisi demikian kita perlu mencari sebuah sumber masalah. (Keraf, 2014).
Pencarian sumber masalah dan pengambilan keputusan untuk ‘memperlakukan alam’, pada akhirnya menjadi pertimbangan logis di saat kita mengalami bencana.