Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Catatan Willy Kumurur

Cerita yang Sedang Ditulis

Dalam konteks bilangan dan ukuran gerakan itulah perjalanan kita tiba di sebuah tempat, di tepi garis imajiner, berjarak empat hari.

Dokumen Tribun Manado
Willy Kumurur 

Oleh: Willy Kumurur
Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado

"Setiap awal baru ditempa dari kepingan masa lalu, bukan dari pengabaian masa lalu."
~~Craig Lounsbrough (konselor di Denver-Colorado, AS)

GARIS FIKSI yang merupakan tapal batas yang memisahkan tahun 2020 dan 2021, telah kita lintasi.

Kita telah meninggalkan tahun 2020 dan dengan selamat sejahtera kita memasuki tahun 2021.

Dihitung dari tapal batas imajiner, kita telah sampai di hari keempat perjalanan meniti waktu yang bernama tahun baru.

Semoga Tuhan Sang Maha Penyayang memperkenankan kita untuk terus melangkah di sekujur waktu yang adalah jarak terjauh antara dua tempat, menurut Tennessee Williams dalam The Glass Menagerie.

Dua tempat itu adalah masa lalu dan masa kini.

Filsuf Jerman, Martin Heidegger, dalam bukunya yang mashyur, Sein und Zeit (Being and Time), menyengat dunia dengan kemampuannya menautkan sang ada dengan sang waktu.

Heidegger tak hanya sekadar 'berenang di keseharian hidup' namun ia sekaligus mampu menyelam jauh ke keseharian untuk meraih kedalaman makna sang ada.

Penulis senior harian The Guardian, Simon Critchley, yang mengulas tentang Being and Time-nya Heidegger, menulis bahwa menurut Heidegger, we are time (kita adalah waktu).

Jika kita melanglang jauh ke belakang, ke masa silam, di sana ada Filsuf Yunani, Aristoteles, yang mengemukakan pertanyaan menyengat tentang waktu, “…would there be time if there were no soul?” (Akankah ada waktu jika tak ada jiwa?).

Dengan kata lain, ia ingin menegaskan bahwa jiwa manusia-lah yang membuat waktu itu ada.

Baginya, waktu hanyalah sebuah kebetulan dari realitas; waktu tak hanya sebagai ‘bilangan’, namun juga ‘ukuran dari gerakan’.

Dalam konteks bilangan dan ukuran gerakan itulah perjalanan kita tiba di sebuah tempat, di tepi garis imajiner, berjarak empat hari.

Setelah berjalan jauh menyusuri tahun aneh dan terburuk, kita tiba di hari ini.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Ketika Penegak Jadi Pemeras

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved