Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu Tribun Manado

Kekuatan Seni: Refleksi Berkesenian di Tengah Pandemi

Dengan demikian, sesungguhnya kekuatan seni, adalah melukiskan kedalaman pengalaman yang sebenarnya yang tak tampak dan tak terlukiskan.

ISTIMEWA
Ambrosius Loho 

Oleh
Ambrosius M Loho M.Fil
Dosen Unika De La Salle Manado
Pegiat Filsafat-Seni

SALAH satu ‘laman’ Whiteboard Journal mengetengahkan diskusi (tanya jawab) yang menarik dengan para narasumber. Terutama menyangkut nasib seni di masa pandemi, dan tentu saja nasib para pekerja seni, jika wabah yang menimpa dunia, tak kunjung berakhir. Dari diskusi itu poin penting yang penulis anggap bisa menjadi penyemangat para pelaku seni untuk terus bertahan di masa pendemi ini, adalah bahwa di tengah situasi pandemi ini, peran seni adalah untuk turut menjaga kewarasan publik.

Mengapa demikian, karena seni sifatnya inspiratif, tapi juga bisa kontemplatif dan persuasif. Demikian juga seni bisa membentuk sikap kita di masyarakat seperti misalnya waspada tapi tidak mudah curiga, saling menjaga, dan menyadari bahwa ini semua tanggung jawab kita bersama. Di sini, seni ‘bermain’ di tataran ‘rasa’, yang mana hal itu akan turut membangkitkan spirit para seniman, pun juga masyarakat untuk tetap bertahan di masa-masa seperti ini.

Hal kedua yang amat dirasa penting adalah sebuah fakta bahwa terdapat pendekatan yang bisa dilakukan oleh para pelaku seni ketika berada di masa seperti ini. Pendekatannya adalah, tetap melakukan transfer-pengetahuan, mengembangkan wacana, dan berdiskusi jarak jauh. Perlu diketahui juga bahwa seniman bisa mempresentasikan proses berkarya atau perjalanan kekayaannya secara online, walaupun hal ini tidak begitu mudah memuaskan hasrat para penikmat dan pengamat seni.

Berpijak dari fakta itu, penulis mencoba mengetengahkan sebuah model pengembangan dalam bentuk pengumandangan musik kolintang dari puncak tertinggi di Sulawesi Utara, Gunung Klabat. Fakta ini, hemat penulis, tidak bisa dipandang sebelah mata, karena pencapaian kelompok ini adalah sesuatu yang spektakuler. Bagi penulis, upaya ini juga tidak hanya akan dilihat dari tercapainya obsesi para seniman kolintang ini untuk memainkan musik kolintang di puncak Gunung Klabat, tapi melebihi itu, visi dan misi mereka adalah bahwa upaya untuk menggaungkan sebuah seni musik kolintang, justru tidak akan berakhir di puncak Gunung Klabat itu, melainkan terus mengumandangkan sebuah seni musik kolintang kepada siapa pun dan di mana pun.

Terkait dengan pengembangan seni di masa pandemi, hemat penulis, musik kolintang yang dikumandangkan di puncak gunung itu, bertujuan memberi inspirasi nan kontemplatif dan persuasif, bagi seluruh insan di dunia, bahwa musik akan bergaung di mana pun dan kapan pun. Jadi dengan demikian, di masa pandemi ini, seni, termasuk musik kolintang, akan terus bergaung sepanjang hayat. Dengan model pengumandangan musik di puncak gunung, tentu lebih berarti sebagai pembentukan sikap respek masyarakat terhadap sebuah karya yang harus terus dijaga dan terus dipertanggungjawabkan proses pengembangannnya terutama kepada generasi muda.

Dari sini dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa cara yang ditempuh oleh para pegiat musik kolintang ini, adalah sesuatu yang harus terus didukung karena di dalam seni terdapat kekuatan. Dengan demikian, sesungguhnya kekuatan seni, adalah melukiskan kedalaman pengalaman yang sebenarnya yang tak tampak dan tak terlukiskan. Seni juga memperkatakan hal yang tak terumuskan, membunyikan hal yang tak tersuarakan.

Jadi yang terpenting dalam seni bukanlah keindahan fisik (apa yang ditampilkan seperti ‘show off’) yang lazim dibuat orang atau para penggarap, melainkan persepsi kebenaran. Maksudnya, persepsi tentang kebenaran yang lebih dalam, dari realitas yang kita hadapi sehari-hari. Di sini lebih terkait dengan kebenaran kehidupan dan kebenaran kultural. Teranyar, seni kini, berperan sebagai salah satu bentuk komunikasi untuk saling mendukung sesama dalam berjuang menghadapi masa-masa seperti ini. Misalnya dalam bentuk kampanye sosial agar masyarakat tetap disiplin dalam menjalankan social distancing, donasi untuk tenaga medis, hingga saling membantu warga yang kesulitan secara finansial akibat dari pandemi. (*)

Jelang Pelantikan Rektor, Prof Dr Deitje Katuuk MPd Mendapat Doa Dan Dukungan

Meski Pandemi Covid 19, Guru Sertifikasi Harus Penuhi Target 24 Jam Mengajar Dalam Seminggu

Presiden Ingatkan: Saya Minta Ini Pak Mendagri Urusan Terkait Klaster Pilkada Betul-betul Ditegasi

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Tradisi Budaya dan Teknologi

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved