Penghapusan UN dan Peluang Peningkatan Literasi Siswa
Terobosan Nadiem jelas merupakan sebuah kemewahan. Inilah saatnya para guru sigap menangkap peluang.
Kedua, latih terus keempat keterampilan berbahasa dari tingkat yang sederhana ke yang lebih kompleks. Seperti halnya keterampilan-keterampilan lain, keterampilan berbahasa pun akan semakin mantap jika terus dilatih. Dhenok Kristianti, penyair perempuan Indonesia pemenang Sayembara Menulis Puisi Esai Asean 2019 bahkan mengatakan, “Kalau anak-anak ingin mahir berbahasa, mereka harus banyak praktik dan hindari teori yang muluk-muluk.”
Dhenok yang juga seorang guru di sekolah yang menggunakan kurikulum International Baccalaureate (IB) menambahkan, murid-murid kelas 11-12 yang mengambil A1 BI, mereka diwajibkan membaca 11 buku sastra dari berbagai genre. Semua buku yang dibaca ada tugasnya. Tugas ini bisa berupa presentasi lisan, analisis tulisan dan menulis esai sepanjang 1.500 kata.
Cambridge International Examinations lain lagi. Untuk menguji kompetensi Bahasa Indonesia 0538, kurikulum ini mensyaratkan siswa kelas 10 mengambil 3 ujian, yakni: tes lisan, Paper 1 (Reading and Understanding), dan Paper 2 (Reading and Writing). Di Paper 2 ini, dalam waktu 90 menit, murid harus menyelesaikan dua soal. Pertama, membaca dan membuat ringkasan sepanjang 130-180 kata. Kedua, menulis salah satu jenis teks (argumentasi, deksripsi, narasi) sepanjang 350-500 kata.
Saya yakin, murid-murid kita yang mengikuti kurikulum 2013 pun pasti mampu menulis esai sepanjang 500, 1.500 kata bahkan lebih. Tentu, hal ini bisa dicapai asal mereka dipersiapkan dan dilatih.
Terakhir, berbicara tentang meningkatkan literasi murid, khususnya dalam keterampilan menulis, sepertinya kurang efektif jika guru sendiri tidak menguasainya. Karena itu, sebagai guru BI yang tugas utamanya membantu mengembangkan keterampilan berbahasa peserta didik, khususnya keterampilan menulis, maka guru pun mau tidak mau harus belajar sehingga bisa menghasilkan jenis-jenis teks yang diajarkan kepada anak didiknya. Percayalah dengan terampil menulis, diharapkan guru tidak saja mampu menilai tugas siswa dengan jernih, tapi juga akan menambah kepercayaan diri saat memberikan pendampingan.***
Basuki, guru tinggal di Jakarta. Penulis bisa dihubungi di: basuki_cakbas@yahoo.com
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/basuki-guru-yang-tinggal-di-jakarta.jpg)