Update Virus Corona Sulut
Petani Sulut Menanti Stimulus Covid-19 Presiden Jokowi, Hapus PPn Hasil Pertanian
Stimulus itu disambut hangat dengan harapan komoditas cengkih, kopra, dan pala juga bisa ikut merasakan.
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Maickel Karundeng
Petani juga dilema, mau petik cengkih tidak untung, dibiarkan tak dipetik makin rugi.
"Ada istilah petani lebih baik miring daripada plaka (jatuh)," kata dia.
Jadinya petani memetik untuk kebutuhan sehari-hari, tidak untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
Petani Vanili, Max Ogotan pun mengumbar persoalan dihadapi petani saat ini.
"Petani di Sulut mau panen, tapi terjadi gejolak harga vanili," sebut Ketu Asosiasi Petani Vanili Indonesia Sulut ini.
Pengenaan PPN ini dirasakan pedagang pengepul, berimbas ke petani.
PPn hanya satu di antaranya, ada lagi persoalan Amerika mencabut Indonesia kategori sebagai negara berkembang.
Pajak dulunya 10 persen, jadi 20 persen.
"Ini kenapa vanili awalnya 4-5 juta(/kg) tinggal 2 juta," sebut dia.
Max meminta DPRD bisa menyampaikan ke Presiden agar lebih tegas lagi.
"Menteri sudah mengambil kebijakan lari dari koridor tidak kordinasi dengan presiden. Waktu lalu dilantik presiden komando kan dari presiden, bukan komando mebteri. Mana komando itu?," sebutnya.
Marlon Sumarow dari Asosiasi Petani Cengkih juga mendesak agar putusan MK nomor 39 terkait penghapusan PPN cengkih harus dieksekusi.
Hal itu baik namun belum cukup, di masa pandemi Covid 19 pemerintah akan memberi stimulus ekonomi.
Kalau bisa harus didesak pemerintah menalangi cengkih petani Rp 100.000, bikin resi gudang ketika harga naik baru dilepas.
"Ini golden momen, diberikan dana talangan beli komoditas pertanian sekarang sudah mulai panen," kata dia.