Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu Tribun Manado

Perilaku dan Persepsi di Masa Pandemi

Sebanyak 43,72 persen responden optimistis pandemi Covid-19 akan berakhir pada rentang Juni hingga September 2020.

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/Pool/aww
Presiden Joko Widodo mengenakan masker saat memimpin upacara pelantikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (6/5/2020). 

Oleh:
Aji Wahyu Ramadhani SST M.Si
Kepala Seksi Analisis Statistik Lintas Sektor BPS Provinsi Sulawesi Utara

SUDAH enam bulan lebih berbagai tatanan kehidupan berubah sejak kemunculan virus baru bernama Covid-19 di dunia ini. Berbagai dimensi kehidupan terdampak nyata mulai dari persoalan kesehatan, sosial, politik, hingga ekonomi. Covid-19 dapat menyerang siapa saja, menyebar secara eksponensial dan masif hingga dalam waktu singkat dunia dilanda pandemi. Satu per satu pemimpin negara mengumumkan kasus positif yang terjadi.

Indonesia yang memiliki iklim sub-tropis pun tidak kebal dari pandemi ini, tanggal 2 Maret 2020 untuk pertama kali kasus positif Covid-19 diumumkan oleh Presiden Jokowi. Seluruh elemen anak bangsa di semua lini bersinergi melawan pandemi, pemerintah membuat regulasi, para peneliti dan akademisi berpacu mencari inovasi, para tenaga medis berjuang dari ruang isolasi, masyarakat menjaga diri, saling bergotong royong dan berbagi.

Kini setelah lebih dari tiga bulan dilalui, jumlah kasus akibat Covid-19 justru semakin tinggi, hari demi hari masyarakat dibuat khawatir kapan akhir dari pandemi.

Ketika di beberapa provinsi rasio tingkat penyebaran mulai terkendali, di Sulawesi Utara justru menjadi yang tertinggi. Mengapa kondisi ini bisa terjadi, tentu semua pihak harus instrospeksi. Mulai dari hal-hal kecil pada diri sendiri, menengok sejauh mana kita mematuhi protokol kesehatan selama ini.

Untuk memberikan potret kondisi terkini, Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai lembaga negara independen bernaungnya para statistisi turut mencoba berkontribusi. Secara online BPS melaksanakan Survei Sosial Demografi Dampak Covid-19 baru-baru ini. Selama periode 13-20 April 2020 terdapat 1.569 orang responden di 15 kabupaten/kota se-Sulawesi Utara turut berpartisipasi. Kini hasil survei untuk Sulawesi Utara telah tersaji, banyak yang bisa dipelajari termasuk untuk menjadi bahan evaluasi.

Survei Sosial Demografi Dampak Covid-19 secara umum menggali informasi dari responden terhadap tiga aspek inti, yakni perilaku responden dalam mematuhi protokol kesehatan, kemudian persepsi responden terkait pandemi covid-19, serta dampak ekonomi yang dialami. Dalam tulisan ini akan disajikan pembahasan dari aspek perilaku dan persepsi responden dalam menyikapi pandemi.

#dirumahsaja

Sejak awal pandemi berbagai himbauan seperti #dirumahsaja atau #stayathome selalu muncul di berbagai lini. Masyarakat dihimbau melakukan aktifitas dari rumah demi memutus rantai pandemi, dan berbagai aktifitas di ruang-ruang publik terpaksa harus dibatasi. Hasil survei memberikan informasi sekitar 78 persen respoden Sulawesi Utara mengaku telah mematuhi imbauan untuk #dirumahsaja, hanya pergi dalam kondisi mendesak seperti membeli kebutuhan pokok sehari-hari.

Capaian tersebut sulit terjadi jika berbagai kebijakan pendukung lain tidak mengiringi. Sejak awal pandemi pembelajaran di sekolah harus terhenti dan dialihkan ke rumah secara mandiri. Perkantoran dan berbagai tempat kerja juga menaati, sistem bekerja dari rumah atau work from home (WFH) dilakukan untuk mendukung gerakan ini. Hasil dari survei menggambarkan dari seluruh responden bekerja yang berpartisipasi, terdapat 42,26 persen yang mengaku selalu melakukan WFH sejak ditetapkan, kemudian 34,51 persen melakukan WFH meskipun sesekali masih ada jadwal masuk kerja, dan 23,23 persen sisanya tidak melakukan WFH karena bekerja pada sektor-sektor yang tidak memungkinkan melakukan pekerjaan dari rumah.

Jaga Jarak (Physical Distancing)

Pemberlakuan physical distancing dilaksanakan dengan menerapkan jaga jarak aman dengan orang terdekat antara 1 hingga 2 meter. Physical distancing bisa cukup mudah diterapkan ketika berada di tempat sepi, namun pada ruang-ruang publik seperti pasar dan pusat perbelanjaan tentu menjadi tantangan tersendiri.

Hasil survei memberikan informasi sekitar 93 persen respoden Sulawesi Utara mengetahui secara detail terkait kebijakan physical distancing, namun dalam penerapannya ternyata tidak sedemikian tinggi. Hanya 74 persen responden yang mengaku sering bahkan selalu menjaga jarak aman dalam seminggu terakhir periode survei. Angka ini tentu harus terus ditingkatkan lagi mengingat physical distancing merupakan salah satu kunci memutus rantai pandemi.

Cuci Tangan dengan Baik dan Benar

Mencuci tangan merupakan protokol kesehatan berikutnya yang terus digalakkan pemerintah dari awal munculnya pandemi. Cuci tangan selama 20 detik secara baik dan benar menggunakan sabun dan air mengalir harus dipatuhi, apabila berada di luar rumah penggunaan hand sanitizer dapat menjadi pengganti.

Pada dasarnya menjaga kebersihan tubuh yang dimulai dari cuci tangan dianggap efektif untuk memutus penularan virus mulai dari diri sendiri. Virus bisa menempel pada tangan setelah menyentuh berbagai benda yang kemudian berpotensi diusapkan ke area wajah, oleh karena itu dengan melakukan cuci tangan secara rutin penyebaran Covid-19 dapat dihindari.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved