Opini
Tidak Matang, The New Normal Bisa Fatal
Jika seorang dokter dapat menyelamatkan nyawa seorang manusia, maka seorang ilmuwan dapat menyelamatkan nyawa ribuan orang
Penulis: Dewangga Ardhiananta | Editor: David_Kusuma
Penulis: Asep Rahman SKM MKes (Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat, Sekretaris Lembaga Kesehatan NU Sulawesi Utara)
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Jika seorang dokter dapat menyelamatkan nyawa seorang manusia, maka seorang ilmuwan dapat menyelamatkan nyawa ribuan orang.
Namun, pengambil kebijakanlah yang sesungguhnya sedang mempertaruhkan jutaan nyawa manusia untuk diselamatkan atau sebaliknya.
Hari ini kita diperkenalkan istilah The New Normal oleh pengambil kebijakan kita, tentu ada konsekuensi jika diterapkan secara massif.
Istilah The New Normal, jika dikutip dari ensiklopedia bebas berbasis sukarelawan online bernama Wikipedia, menyebutkan bahwasanya kata ini berawal dari istilah ekonomi untuk menggambarkan perubahan sektor ekonomi.
Di mana sejumlah aktivitas yang sebelumnya abnormal menjadi sesuatu yang lumrah paskah resesi ekonomi global tahun 2008 hingga 2012.
Wikipedia sendiri memang tidak bisa menjadi rujukan ilmiah, namun standar penulisan Wikipedia yang mulai mewajibkan relawannya mencantumkan sumber kepustakaan bisa menjadi acuan yang cukup kredibel.
Era disrupsi ekonomi yang sangat cepat seperti saat ini, maka paradigma The New Normal merupakan hal yang mutlak diadopsi.
Karena The New Normal menawarkan cara pikir out the box, maka sangat cocok bagi seorang entrepreneur untuk bertransformasi menggunakan paradigma The New Normal sebagai way of life .
• Rapid Test Untuk Pedagang, Malah Kepala Dinas yang Duluan, Katanya Supaya Jadi Contoh
Dalam kacamata kesehatan, The New Normal sangat erat kaitannya dengan konsep perubahan perilaku.
Perubahan kebiasaan baru seperti penggunaan masker di tempat publik, jaga jarak, bahkan membangun budaya cuci tangan merupakan komponen The New Normal dari sisi kesehatan.
Pada skala individu, The New Normal sangat mungkin dijalankan, namun dalam konsep interaksi sosial bermasyarakat tidaklah sesederhana itu.
Perlu dicatat bahwasanya perubahan perilaku tidak pernah berdiri tunggal melainkan harus didukung bersamaan dengan stimulus lainnya berupa edukasi dan ‘pengkondisian’.
Edukasi dilakukan untuk merubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau, serta dari mau menjadi mampu.
Oleh karena itu, metode dan model edukasi publik terkait covid-19 perlu mempertimbangkan level pengetahuan individu atau komunitas yang menjadi target edukasi.
Adapun untuk upaya ‘pengkondisian’, yang biasanya disebut bina suasana, maka pihak yang memiliki kewenangan yakni pemerintah dan mitranya harus membangun situasi yang memungkin seseorang menjalankan The New Normal tersebut.
Bentuknya bisa berupa penyiapan sarana dan prasarana, maupun perangkat regulasi yang mengatur hingga sanksi dan hukuman jika dilanggar. Upaya ini sangat mutlak dilakukan jika perubahan perilaku pada skala masyarakat hendak dibangun.
• Fraksi PDIP Bitung Data 1.057 KK Belum Tersentuh Bantuan Pemerintah
Nah, menurut penulis, The New Normal merupakan sebuah langkah pengkondisian oleh pemerintah menghadapi pandemi yang mungkin masih berkepanjangan.
Perlu digarisbawahi, proses pengkondisian The New Normal yang tidak dibarengi dengan edukasi yang adekuat bisa berakibat fatal.
Karena upaya pengkondisian dan edukasi merupakan satu paket promosi kesehatan yang tidak boleh dipisahkan.
Selain, proses edukasi yang massif untuk mensukseskan The New Normal, beberapa prakondisi yang idealnya dipenuhi agar paradigma ini justru menjadi bumerang.
Pertama, angka kasus covid-19 harusnya mulai menunjukkan penurunan yang signifikan. Jika hal ini belum terpenuhi, maka fokus utama kita baiknya pada penguatan langkah mitigasi yang telah dibangun sebelumnya.
• Kawal BLT Dandes, GAMKI Minsel Bentuk Relawan Pemuda Siaga Covid-19
Beberapa prediksi menyebutkan bisa terjadi serangan gelombang kedua dari pandemik covid-19 jika kita lengah menghadapi kondisi saat ini.
Kedua, perlunya dilakukan tes massal untuk deteksi. Beberapa negara yang mulai kembali menghidupkan gairah sentra-sentra ekonominya karena telah melewati serangkaian pemeriksaan kesehatan yang cukup ketat, termasuk pemeriksaan massal bagi warganya.
Bahkan pembukaan lokasi publik pun mensyaratkan telah melakukan pembatasan sosial yang sangat ketat lebih dari 7 minggu lamanya.
The New Normal yang idealnya menjadi solusi bagi kita semua disaat pandemi seperti ini, agar roda ekonomi mulai jalan. Namun butuh kehati-hatian yang sangat ekstra untuk menerapkannya.
Kemampuan literasi, kepatuhan publik, hingga kematangan regulasi perlu menjadi pertimbangan pemerintah. Jika tidak, sia-sialah yang telah kita lakukan selama ini. (Ang)