Virus Corona
Produk dari China Tak Mau Dibeli Konsumen AS Sebaliknya Tiongkok Ogah Beli Produk Made in USA
Wabah virus corona ini memicu ketidakpercayaan di antara konsumen China dan Amerika Serikat tentang produk masing-masing negara.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Wabah virus corona ini memicu ketidakpercayaan di antara konsumen China dan Amerika Serikat tentang produk masing-masing negara.
Pasalnya, momentum pemisahan antara dua ekonomi terbesar dunia semakin meningkat.
Dari laporan South China Morning Post, sebuah survei baru-baru ini oleh platform data besar Deutsche Bank dbDIG menunjukkan, 41% warga Amerika tidak akan membeli produk "Made in China" lagi dan 35% warga China akan menghindari membeli produk "Made in USA".
• Taiwan Ingin Dialog dengan China, Tapi Presiden Tsai Ing-wen Tak Terima Syarat 1 Negara, 2 Sistem
• Ayah Petarung UFC Khabib Nurmagomedov Kembali Koma, Sebelumnya Sudah Keluar Masuk Rumah Sakit
• Kiesha Alvaro 11 Tahun Pisah, Pasha Ungu: Selamat Ulang Tahun yang ke-16 Putraku

Menurut Apjit Walia, seorang analis di Deutsche Bank, meskipun sebagian besar konsumen tidak siap untuk sepenuhnya menghindari barang satu sama lain, hasil survei menunjukkan peningkatan nasionalisme komersial dan ketidaksukaan yang meningkat antar kedua negara.
Ketidakpercayaan konsumen AS terhadap produk China didorong oleh pernyataan sejumlah pejabat Amerika, khususnya Presiden Donald Trump, yang menyalahkan China atas pandemi dan menimbulkan keraguan tentang kepercayaan terhadap Beijing.
Sejumlah analis menilai, dengan waktu pemilihan presiden AS yang kurang dari enam bulan lagi, Trump diperkirakan akan menjaga China dalam garis bidiknya untuk mengalihkan perhatian publik dari upaya penanganan virus oleh pemerintahannya dan kerusakan yang diakibatkan terhadap ekonomi.
"Amarah dan emosi memuncak di kedua populasi dan para politisi tahu betul hal ini, membuat masalah ini semakin rumit karena ini merupakan tahun pemilihan umum di AS," kata Walia.
Dalam sebuah survei konsumen AS yang terpisah, yang dilakukan oleh penasihat bisnis FTI Consulting yang berbasis di Washington, 78% responden mengatakan mereka akan bersedia membayar lebih untuk suatu produk jika perusahaan itu memindahkan produksi dari China.
Dari sejumlah warga Amerika yang disurvei, 55% mengatakan mereka berpikir China tidak bisa dipercaya untuk menindaklanjuti komitmennya dalam membeli barang-barang AS dalam fase satu kesepakatan perdagangan yang ditandatangani pada Januari.
Terbukanya China terhadap globalisasi dan perdagangan multilateral sejak diakui oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 2001 telah berperan dalam mengangkat miliaran warganya keluar dari kemiskinan dan membantu negara itu menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia.
Tenaga kerja murah yang melimpah dan infrastruktur kelas dunia mengangkat Tiongkok menjadi "pabrik dunia" dan konsumen AS mendapat manfaat dari pasokan barang-barang buatan China yang murah.
Tetapi meningkatnya biaya domestik dan perang dagang selama dua tahun dengan AS mulai mengikis posisi China dalam beberapa rantai nilai global bahkan sebelum pandemi mewabahnya virus corona.
• Seorang Wanita Tak Mau Lakukan Rapid Test, Coba Lobi Petugas Tawarkan Uang Damai
• 55 Kumpulan Ucapan Selamat Idul Fitri 1441 H Cocok untuk Dibuat Status dan Dibagikan ke Medsos
• Seorang Bidan Dinyatakan Positif Virus Corona, 50 Orang yang Pernah Kontak Dikarantina di Denpasar
• Sudah Diuji Coba Fase Pertama Vaksin Virus Corona, Bagaimana Hasilnya ?
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul " Konsumen AS ogah beli produk made in China, konsumen Tiongkok enggan beli made in USA "