Penelitian Virus Corona
Peneliti Uji 69 Jenis Obat untuk Atasi Virus Corona: Obat Penyakit Kejiwaan hingga Obat Malaria
Untuk mendapatkan daftar itu, ratusan peneliti memulai penelitian yang tidak biasa terhadap gen virus corona, yang juga disebut SARS-CoV-2.
Dalam daftar itu terdapat sampel obat tak terduga seperti haloperidol, yang digunakan untuk mengobati skizofrenia (penyakit masalah psikis), dan metformin, yang digunaan oleh orang dengan diabetes tipe 2.
Menariknya, beberapa pengobatan yang mungkin adalah obat yang digunakan untuk menyerang parasit, termasuk antibiotik yang membunuh bakteri.
Studi baru meningkatkan kemungkinan bahwa efek samping ini bisa berubah menjadi pengobatan antivirus.
Satu obat dalam daftar, chloroquine, membunuh parasit bersel tunggal yang menyebabkan malaria.
Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa itu juga dapat menempel pada protein seluler manusia yang disebut reseptor sigma-1. Dan reseptor itu juga merupakan target virus.
Chloroquine telah menjadi berita utama pekan lalu, berkat spekulasi tentang penggunaannya terhadap virus corona.
Presiden Trump mengklaim hal itu pada sebuah briefing di Gedung Putih pada hari Jumat.
Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, mengikuti pernyataan presiden dengan peringatan bahwa hanya ada "bukti anekdotal" bahwa chloroquine mungkin bekerja.
Hanya uji coba yang dijalankan dengan baik yang dapat menentukan apakah klorokuin aman dan efektif melawan virus corona, kata Dr. Fauci.
Pada hari Rabu, Organisasi Kesehatan Dunia mengumumkan akan memulai uji coba tentang klorokuin, di antara obat-obatan lainnya.
Dan pada Minggu, waktu setempat, Gubernur Andrew M. Cuomo dari New York mengumumkan bahwa negara telah memperoleh sejumlah besar klorokuin dan antibiotik azitromisin untuk memulai uji coba obat-obatannya sendiri.
Nevan Krogan, seorang ahli biologi di University of California, San Francisco, yang memimpin studi baru ini, memperingatkan bahwa klorokuin mungkin memiliki banyak efek samping toksik, karena obat tersebut tampaknya menargetkan banyak protein seluler manusia.
"Kamu harus hati-hati," katanya.
"Kami membutuhkan lebih banyak data di setiap level."
Kolaborator Dr. Krogan di Fakultas Kedokteran Icahn di Gunung Sinai di New York dan Institut Pasteur di Paris telah mulai menguji 22 senyawa lain dalam daftar terhadap virus corona hidup yang tumbuh di laboratorium mereka.
Pada Minggu malam, mereka masih menunggu hasil dari pengujian pertama.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Nur)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/foto-angkatan-darat-as-pada-8-maret-2020-menunjukkan-seorang-karyawan-usamriid.jpg)