Menjabarkan Trilogi Pembangunan
Mengamalkan Iman dengan Tidak Memandang Muka
Dalam realitas sosial sekarang ini, hal memandang muka atau pilih kasih dengan membedakan status sosial telah menjadi fenomena
Jemaat-MTPJ 10-16 November 2019
TEMA BULANAN :“Firman Tuhan Penuntun Hidup Sejahtera Berkeadilan”
TEMA MINGGUAN :“Mengamalkan Iman dengan Tidak Memandang Muka”
BACAAN ALKITAB: Yakobus 2:1-13
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Dalam realitas sosial sekarang ini, hal memandang muka atau pilih kasih dengan membedakan status sosial telah menjadi fenomena dikalangan masyarakat sekuler tapi juga di dalam hidup berjemaat.

Orang kaya, penguasa dan yang berpendidikan lebih dihormati daripada orang miskin yang dianggap berstatus sosial rendah. Pembedaan ini juga diperuncing oleh isu SARA (Suku, Agama, Ras, Antar golongan) yang justru mempertajam kepincangan sosial dan menjadi stigma buruk di tengah masyarakat.
Pemahaman ini banyak mempengaruhi orang Kristen. Sikap membeda-bedakan terlihat dalam cara berelasi atau berinteraksi dengan orang lain. Seharusnya mereka menjadi teladan dalam memperlakukan setiap orang dengan baik, apapun status sosialnya. Hal ini merupakan bentuk gaya hidup yang sesuai nilai etika moral kristiani secara bertanggung jawab.
Tema minggu ini “Mengamalkan Iman Dengan Tidak Memandang Muka” memberikan landasan etik kristiani bagi orang beriman dalam mengimplementasikan imannya agar tidak terjadi kesenjangan sosial dan intoleransi.
Sasaran tema ini adalah untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera berkeadilan. Di mana setiap orang diberi ruang dan tempat untuk menyejahterakan hidupnya. Hidup berdampingan dengan damai, saling menghormati dan menghargai di tengah perbedaan merupakan suasana yang kondusif untuk terciptanya harmonisasi dan kesejahteraan hidup bersama dengan orang lain.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Surat Yakobus adalah sebuah surat Pastoral yang terbuka dan ditujukan kepada semua orang Kristen yang tersebar di seluruh wilayah kekaisaran Roma (dua belas suku yang ada di perantauan). Ia bermaksud memberi petunjuk praktis tentang kehidupan sehari-hari. Nasihatnya sangat bersentuhan dengan kehidupan yang nyata.
Bagi Yakobus, iman adalah perbuatan. Melalui suratnya, ia memberikan contoh bagaimana iman nyata dalam perbuatan. Pokok utama Yakobus 2:1-12 membicarakan janganlah iman itu diamalkan dengan memandang muka.
“Memandang muka” (Yun. prosopolepsia) adalah ungkapan yang menjelaskan tentang cara memberi perhatian khusus terhadap orang karena status sosialnya atau kedudukannya. Sikap seperti ini tidak menyenangkan hati Allah, karena Ia tidak memandang penampilan lahiriah melainkan hati manusia (band 1 Samuel 16:7)
Perilaku memandang muka telah menjadikan orang beriman sebagai “hakim dengan pikiran yang jahat”. Tindakan ini tidak menghormati Tuhan dan tidak didorong oleh kasih yang murni untuk semua orang. Malahan dilihat sebagai dosa karena melanggar hukum kasih.
Dalam rangka itulah, Yakobus dengan tegas berbicara tentang jangan amalkan iman dengan memandang muka. Cara hidup yang membeda-bedakan orang miskin dengan orang kaya adalah suatu penghinaan terhadap mereka.
Justru Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.
Kehidupan beriman tidak dipengaruhi oleh penilaian lahiriah melainkan cara hidup yang mengasihi Tuhan. Bukan status sosial yang menentukan kita menerima warisan iman melainkan otoritas Tuhan yang memilih siapa yang dikehendaki-Nya. Di antaranya orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia.