Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Harapan Seorang Guru untuk Nadiem Makarim

Menteri Nadiem, buat kami para guru berotak encer. Jangan suruh kami menjadi beo, tukang salin, tukang copy paste dan pendusta. Jika kami menjadi g

Editor: Sigit Sugiharto
Basuki
Basuki 

Yang menarik, menurut Geoffrey Jukes, penentu hasil perang ini bukan teknologi, tetapi tingkat literasi.

Lho kok bisa? Bisa. Ternyata, hanya 20 persen personel militer Rusia bisa ”membaca dan menulis”.

Akibatnya, banyak yang tidak mampu mengoperasikan secara benar persenjataan modern (saat itu) dan sistem telegraf nirkabel yang diimpor dari Jerman.

Sebaliknya, hampir semua tentara Jepang tahu ”membaca dan menulis” (Literasi Memenangi Kehidupan, H Witdarmono, Kompas.com, 23/11/2010).

Apa yang bisa kita katakan? Jika dalam perang konvensional saja, terbukti literasi memegang peranan penting, apalagi di era perang modern yang disebut dengan proxy war, cyber warfare, pun asymmetric warfare.

WAJIBKAN GURU MEMBACA

Karena itu, jika kita memang mendukung mimpi besar bangsa, yakni menjadi negara maju pada 2045 sebagaimana dicanangkan Jokowi ketika memberikan pidato perdananya sebagai presiden dalam periode keduanya, saya berharap Menteri Nadiem benar-benar serius dalam meningkatkan literasi murid-murid kita.

Caranya? Dari guru dulu. Guru jangan terlalu banyak dibebani mengerjakan tugas-tugas administrasi yang tidak berguna.

Menteri Nadiem pasti tahu, sekolah-sekolah secara berkala diwajibkan mengikuti proses akreditasi.

Tujuan akreditasi bagus, yakni untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Tapi, praktiknya, hampir selalu guru ditugasi menyediakan dokumen-dokumen administrasi yang jumlahnya tidak masuk akal.

Saya usul, tolong Menteri Nadiem mengurangi tugas-tugas yang sering dikerjakan hanya dengan copy paste ini dan diganti dengan mewajibkan guru-guru untuk membaca buku-buku terbagus.

Silakan kami dipilihkan buku-buku paling bermutu dan suruh kami merangkum, mendiskusikan, membuat laporan dan membagikannya dalam bentuk lisan pun tulisan.

Menteri Nadiem, buat kami para guru berotak encer.

Jangan suruh kami menjadi beo, tukang salin, tukang copy paste dan pendusta.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved