Editorial Tribun Manado
Efek Penambahan Enam Polres Baru
Ambil contoh kasus pertikaian antarkelompok warga di Dumoga, Bolaang Mongondow, beberapa waktu lalu.
TRIBUNMANADO.CO.ID - KAPOLDA Sulawesi Utara Irjen Sigid Tri Hardjanto melantik enam pejabat sementara kepala polres baru, Senin (28/10/2019).
Enam polres baru tersebut, yakni Polres Minahasa Tenggara, Polres Kepulauan Sitaro, Polres Bolaang Mongondow Selatan, Polres Bolaang Mongondow Utara, Polres Bolaang Mongondow Timur, dan Polres Bolaang Mongondow.
Kehadiran enam polres baru tersebut merupakan buntut dari pembentukan daerah otonom baru yang sudah terwujud lebih dari 10 tahun yang lalu.
Khusus Polres Bolmong, nama ini sebenarnya sudah lebih dahulu eksis saat daerah Bolaang Mongondow raya masih berada dalam satu Kabupaten Bolaang Mongondow sebelum pembentukan empat daerah otonom baru, termasuk Kota Kotamobagu di mana markas Polres Bolmong berada.
Seiring berjalannya waktu, nama Polres Bolmong akhirnya diubah menjadi Polres Kotamobagu dengan cakupan wilayah Bolaang Mongondow raya.
Kehadiran enam polres baru merupakan jawaban atas kebutuhan pelayanan masyarakat. Sama seperti pembentukan daerah otonom baru, diharapkan kehadiran polres semakin mendekatkan pelayanan polisi dengan masyarakat, khususnya dalam kebutuhan keamanan dan ketertiban.
• Kantor Disdukcapil Bolsel Dialihkan Jadi Markas Polres
Bisa dibayangkan, daerah seluas Bolaang Mongondow raya yang meliputi lima daerah harus dicakup oleh satu polres.
Kapolres di sana pasti merasakan betapa persoalan jarak ini akan sangat berpengaruh pada kemampuan mereka menjangkau daerah-daerah yang lebih pelosok.
Meskipun sudah ada kepolisan sektor, nyatanya polisi juga kerap kesulitan mengatasi persoalan-persoalan kamtibmas yang sering terjadi.
• Warga Dumoga Berebut Kantor Polres, Antara Eks Gedung PU, Eks Kantor Cabang Dinas dan Eks Puskesmas
Ambil contoh kasus pertikaian antarkelompok warga di Dumoga, Bolaang Mongondow, beberapa waktu lalu.
Jumlah polisi yang sedikit akan turut membangun efek psikologis warga, baik mereka yang bertikai maupun yang merasakan dampaknya.
Para pelaku mungkin dengan enteng mencetuskan pertikaian karena merasa jumlah polisi sangat sedikit.
• 1.000 Liter Cap Tikus Diamankan Polres Minsel Saat Operasi Pekat Samrat
Lihat saja, ketika pasukan tambahan dikerahkan, mereka yang bertikai lari sembunyi.
Ketika polisi menggelar razia hingga ke rumah-rumah penduduk, warga hanya bisa diam mempersilakan.
Pun dampaknya bagi warga yang tidak bertikai, mereka akan lebih merasa nyaman bila polisi ada di dekat mereka, apalagi dalam jumlah yang banyak.