Tajuk Tamu
Amas Mahmud: Masih Dapatkah Arus Balik Membalik Lagi?
Di kancah politik nasional pergerakan para elit kita yang begitu besar obsesinya menguasai Negara dan memperoleh kursi kekuasaan.
Penulis: Andrew_Pattymahu | Editor: Fransiska_Noel
Perkembangan dunia begitu pesat. Sebuah epos pasca kejayaan Nusantara di awal abad 16 pernah digambarkan Pramoedya Ananta Toer melalui karya yang luar biasa berjudul ‘Arus Balik’.
Buku Arus Balik mengisahkan tentang Nusantara yang bernah Berjaya. Dimana Majapahit pun pernah Berjaya, banyak bangsa-bangsa beradab di bumi ini dan Indonesia diantaranya.
Arus bergerak dari Selatan ke Utara, segalanya kapal-kapal, manusianya, amal perbuatannya, dan cita-citanya. Semua bergerak dari
Nusantara di Selatan ke ‘atas angin’ di Utara, tapi zaman berubah.
Uraian kisahnya, hingga mencapai arus balik. Dimana bukan lagi dari Selatan ke Utara, melainkan sebaliknya dari Utara ke Selatan.
Utara kuasai Selatan, menguasai urat nadi kehidupan Nusantara. Lalu, perpecahan dan kekalahan demi kekalahan seakan menjadi bagian dari Jawa yang beruntun tak ada hentinya. Semacam sketsa, gambar besar yang dinaskahkan Pram begitu Ananta Toer sering disapa, terulang hari ini.
Indonesia mengalami pasang surut. Di internal kini kon/ik bergejolak, tak bisa diabaikan begitu saja.
Provokasi dan saling curiga ditengah rakyat Indonesia menjadi ancaman yang terus membayangi kita semua.
Bahwa kita merindukan Indonesia adil makmur, damai sejahterah dan solid. Tak ada lagi lagi gangguang disintegrasi bangsa, tak ada lagi penjajahan manusia atas manusia dengan dalil apapun.
Kita menghendaki Indonesia lebih beradab, bukan menjadi Negara otoriter, demokrasi tidak sekedar alat mencapai kekuasaan, melainkan sebagai garansi kesejahteraan.
Itulah sekelumut cita-cita yang rupanya saat ini masih menggantung, mengawan-ngawan. Jika ada kesejahteraan, dapat dipastikan kesejahteraan tersebut tidak merata ditengah rakyat.
Pemerintah diharamkan meninggalkan sejengkal pun area kosong tentang kesejahteraan.
Pengalaman berdemokrasi sudah cukuplah memberi keyakinan pada kita bahwa perubahan revolusioner atau perubahan total, itu hanya terjadi dalam kata-kata. Kehendak kita ialah menjadikan itu bukti nyata.
Garis perjuangan rakyat untuk mencapai cita-cita sudah jelas yaitu lepas dari penjajahan, merdeka lalu aman damai dan sejahterah.
Peristiwa penggantian kepala pemerintahan harusnya menjadi momentum lompatan dan tipping point (tik perubahan).