Sawit di Bolmong
Sawit di Bolmong, Petani Hilang Pendapatan, Yasti: Izin Sawit Dari Pemerintah Sebelumnya
Dari jagung, warga Desa Lolak 2, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolmong ini, bisa menghidupi keluarga, menyekolahkan kedua anaknya ke jenjang tertinggi.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Begitu izin keluar, perusahaan sawit berbondong bondong masuk ke tanah Totabuan.
Kini tercatat sembilan perusahaan sawit di Bolmong.
Yakni PT Anugerah Bolmong Indah, PT Anugerah Bolmong Indah, PT Bol Indah Utama, PT Bol Indah Perkasa, PT Global Internasional Indah, PT Inobonto Indah Perkasa, PT Karunia Kasih Indah, PT Sino Global Perkasa, dan PT Tomini Indah Perkasa.
Semuanya berhimpun dalam kelompok usaha IZZISEN Group dengan total perkebunan 79.150,30 Hektar (Ha).
Dari luas area itu, 20% mencakup kebun plasma dan 80% kebun inti.
Semua mendapat penolakan masyarakat. Seperti yang terjadi di konsesi milik PT Anugerah Sulawesi Indah (ASI) di Lolak. Warga menolak karena perusahaan dituding mengambil alih lahan pertanian masyarakat.
Berbagai tudingan miring terhadap perusahaan kelapa sawit di Bolaang Mongondow (Bolmong), Sulawesi Utara, dijawab oleh PT Agricore.
Perusahaan ini mewakili sembilan perusahaan sawit.
Indra Maulana, perwakilan PT Agricore menjelaskan, keberadaan perusahaan sawit di Bolmong akan membawa nilai ekonomis bagi masyarakat.
Ribuan lapangan kerja akan terbuka.
"Satu hektare kita butuh 3 pekerja, ini ada puluhan ribu hektare, belum lagi tenaga kerja lainnya," kata dia.
Sebut Maulana, perusahaannya satu-satunya yang membolehkan adanya tumpang sari atau penanaman di pinggir pohon sawit oleh petani.
Pihaknya menawarkan sebuah jenis umbi.
"Umbi ini harganya mahal, lebih untung dari tanam jagung, petani bisa jual atau kami beli," kata dia.
Mengenai tudingan bahwa sawit bisa merusak lingkungan, sebut dia, beberapa diantaranya tidak terbukti.
Ia menegaskan, perusahaan patuh pada regulasi yang ada.
"Semuanya sesuai dengan aturan, kami tidak rombak hutan dan juga tidak rambah lahan produktif," kata dia.
Ungkap dia, penanaman sawit sudah berlangsung di Babo, Poigar serta Lolak. Panen besar pertama akan berlangsung Oktober nanti.
"Kita akan jual hasilnya ke Bitung atau Gorontalo," kata dia.
Ke depan pihaknya berencana membangun sebuah pabrik.
Pabrik tersebut direncanakan memiliki mesin pengolah dengan kapasitas 10 ton per jam.
"Untuk punya pabrik demikian, kita harus memiliki paling kurang 3000 hektare sawit, sekarang kita belum sampai 500, ini kemungkinan terwujud tiga tahun depan," kata dia.
Dikatakan Maulana, dari luas HGU sebesar 79 ribu hektare, yang produktif hanya sekira 40 ribuan saja. Sedang yang sudah ditanami baru seribuan hektare.
Menurutnya, pihaknya sempat terhalang menanam sawit dikarenakan Sulut masuk zona merah sawit.
Menyiasati itu, pihaknya menanam demplot untuk menunjukkan bahwa sawit tidaklah merugikan. "Dan hasilnya ternyata baik," beber dia. (Tribun Manado/Arthur Rompis)
Baca: Selain Nunung, Berikut Deretan Selebriti Cantik yang Terjerat Narkoba
Baca: Konsumsi Sabu, Nunung dan Suaminya Ditangkap, Kenali Buruknya Sabu Bagi Kesehatan Mental dan Fisik
Baca: Intip Tampilan Seksi ala Vanessa Angel Saat Liburan di Bali, Tampak Sporty dengan Hotpants