Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu Tribun Manado

Aplikasi Teknik Baru Pengepakan Ikan Mas Hidup untuk Distribusi dan Pemasaran

Telah dikembangkan suatu usaha pengangkutan ikan hidup tanpa media air yaitu dengan metode pemingsanan dengan menggunakan suhu rendah.

Tribun Manado/ANDREAS RUAUW
Ilustrasi perikanan di Sulut 

Oleh:
Jenki Pongoh
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi

APLIKASI teknik handling ikan mas hidup sistem kering kepada kelompok perikanan di Desa Talawaan, Kecamatan Talawaan, Kabupaten Minahasa Utara, telah dilakukan melalui program penyuluhan, pelatihan, pendampingan dan evaluasi.

Teknik pemingsanan yang diaplikasikan ialah dengan suhu 8°C dan 8°C + 0,02 persen minyak cengkih.

Dilanjutkan dengan penyimpanan dilakukan pada media sekam padi dingin dengan suhu 10-15°C. Pekerjaan selanjutnya ialah penyadaran ikan.

Ikan disadarkan pada air habitat dilengkapi dengan aerator kapasitas 6 volt dan kemudian dilanjutkan dengan menghitung tingkat mortalitas ikan.

Pengangkutan ikan hidup di Sulawesi Utara umumnya dilakukan dengan cara mengemas ikan dalam suatu wadah tertentu seperti kantong plastik yang diisi air, kemudian ada yang ditambahkan oksigen dan ada juga tidak, tergantung pada kebutuhannya.

Cara pengemasan dan pengangkutan ikan hidup seperti itu memiliki banyak kekurangan, antara lain: kurang efisien dari segi berat, volume dan biaya pengangkutan; kadar oksigen di dalam air berkurang, suhu air meningkat, kotoran ikan dapat meracuni ikan, dan waktu pengangkutan yang relatif lama.

Telah dikembangkan suatu usaha pengangkutan ikan hidup tanpa media air yaitu dengan metode pemingsanan dengan menggunakan suhu rendah.

Baca: Perusahaan Perikanan AS Siap Investasi di Sulut, Wagub: Berkat Lobi Pak Gubernur

Baca: Pertanian, Perikanan Masih Dominasi PDRB Sulut

Metode ini dilakukan dengan mendinginkan air sampai suhu pingsan ikan. Kemudian, untuk mempertahankan suhu tetap rendah digunakan wadah kotak stirofoam yang diisi es secukupnya.

Media dingin untuk penyimpanan ikan digunakan sekam padi atau serbuk gergaji.

Ikan mas hidup yang dipingsankan dengan suhu rendah dan disimpan dalam media dingin tanpa air mampu bertahan hidup selama 6-7 jam.

Dosis minyak cengkih yang baik untuk pemingsanan ikan berkisar 1-5 ml/10 liter air.

Penggunaan minyak cengkih berlebihan dapat menyebabkan kematian ikan. Pemingsanan ikan dengan minyak cengkih dilakukan dengan cara memasukkan ikan hidup ke dalam air yang sudah dicampur minyak cengkih.

Agar mulut dan insang ikan tidak kemasukan media selama masa penyimpanan, maka sebelum ikan disimpan terlebih dahulu dikemas dengan kertas atau dengan plastik.

Ikan yang telah dikemas kemudian ditidurkan dan disusun dalam kotak penyimpanan berisi sekam padi dingin yang bersuhu 10-15°C.

Selanjutnya penyusunan ikan dilakukan secara berlapis-lapis yaitu media, ikan, media dan seterusnya hingga lapisan teratasnya adalah media.

Baca: Arbonas Hutabarat: Agar PE Sulut Stabil, Kuncinya Diversifikasi Produk Turunan Kelapa dan Perikanan

Ketebalan lapisan media ini antara 2-3 cm. Agar suhu tetap stabil, ke sudut-sudut kotak penyimpanan ikan diisikan es.

Kotak penyimpanan ikan yang digunakan yaitu kotak stirofoam.

Untuk menyadarkan ikan mas setelah dipingsankan dapat dilakukan dengan cara mengembalikan ikan pada suhu habitatnya (25-27°C) dalam bak penampung serta diberi aerasi secukupnya.

Daya tahan ikan hidup yang dikemas dalam kondisi pingsan dipengaruhi oleh kondisi awal ikan, suhu pemingsanan, asal ikan, serta guncangan yang dapat menyebabkan tertindihnya ikan pada lapisan dasar dan dapat menyebabkan kematian selama transportasi.

Sebagai media pemingsanan digunakan suhu rendah 8°C, dan suhu rendah 8°C yang ditambahkan dengan 0,02 persen minyak cengkih.

Media penyimpanan yang digunakan adalah sekam padi. Serbuk gergaji tidak digunakan sebagai media penyimpanan karena mengandung bahan berbahaya bagi ikan.

Jumlah es batu yang digunakan dalam satu wadah penyimpan yaitu 1,8 kilogram.

Penyimpanan ikan dilakukan selama 8 jam dan diamati pada setiap 2 jam. Perlakuan lama penyimpanan ialah 0, 2, 4, 6, dan 8 jam, dan diulang sebanyak 2 kali.

Baca: Kepada Pengusaha Perikanan Sekda Bitung Beber Alasan Perangi Sampah Plastik

Baca: Wagub Steven: Sulut Harus Jadi Pusat Perikanan di Indonesia Timur

Penggunaaan minyak cengkeh 0,02 persen dengan lama penyimpanan 6 jam pada metode pemingsanan menghasilkan waktu penyadaran kembali yang lebih lama dibandingkan dengan menggunakan metode pemingsanan tanpa minyak cengkeh.

Hal ini disebabkan karena terdapatnya bahan aktif yang mengganggu sistem peredaran darah dalam tubuh ikan.

Dengan jumlah bahan aktif tertentu menyebabkan ikan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali ke kondisi normal.

Eugenol sebagai zat aktif dalam minyak cengkih merupakan bahan antiseptik yang dapat melemahkan syaraf dan mengganggu sistem syaraf.

Dengan demikian metode pemingsanan dengan menggunakan suhu 8°C merupakan metode yang efektif untuk memingsankan ikan dengan lamanya penyimpanan mencapai 6 jam dibandingkan dengan metode pemingsanan menggunakan suhu 8°C + minyak cengkeh 0,02 persen.

Tingkat mortalitas ikan mas sampai 6 jam penyimpanan dengan metode pemingsanan menggunakan suhu 8°C sebesar 46,2 persen, lebih rendah dibandingkan dengan tingkat mortalitas ikan mas menggunakan suhu 8°C + minyak cengkeh 0,02 persen sebesar 75 persen.

Hal ini juga mendukung pernyataan di atas bahwa menggunakan suhu 8°C sebagai metode pemingsanan lebih baik dibandingkan menngunakan suhu 8°C + minyak cengkeh 0,02 persen.

Dengan media penyimpanan sekam padi dan lama penyimpanan 6 jam serta metode pemingsanan suhu 8°C tanpa minyak cengkih diperoleh tingkat mortalitas optimum yaitu 46 persen.

BERITA POPULER:

Baca: KABAR TERBARU Anggota TNI Kopda Lucky Meninggal Dianiaya, Berawal Tersangka Merekam Korban

Baca: Nikita Mirzani Bongkar Kejanggalan Pernikahan Syahrini & Reino Barack, Bahas Soal Foto: Norak Banget

Baca: Suami Tega Jual Istrinya Melalui Twitter, Ada Paketnya, Ternyata Untuk Keperluan Ini

Waktu penyadaran yang baik, 11,3 menit, diperoleh melalui kombinasi perlakuan waktu penyimpanan 6 jam, dan suhu pemingsanan yang optimum 8°C.

Penyadaran ikan dilakukan dengan bantuan aerator kapasitas 3 volt dan 6 volt. Dengan aerator berkapasitas 6 volt, ikan lebih cepat sadar.

Hal ini disebabkan karena jumlah oksigen terlarut pada air tempat penydaran ikan dengan aerator berkapasitas 6 volt lebih banyak daripada aerator berkapasitas 3 volt. (*)

Baca: Dua Politisi Cantik PSI Masuk Daftar Kabinet: PDIP Serahkan ke Jokowi Memilih Menteri

Baca: Ini 15 Nama Berpotensi Capres di Pilpres 2024, Ada Ahok BTP dan Tito Karnavian

Baca: Bengkel Modifikasi Ini Mampu Menyulap Mobil Biasa Jadi Spotrscar Impian

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved