Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Klaim Kemenangan Kubu 02

Alasan Pengumpulan Data Lewat SMS BPN 02 saat Hari H 17 April, Sebuah Janji: Tunggu Kami Beraksi

Alasan BPN soal pengumpulan data C1 paslon 02 lewat SMS yang mengklaim kemenangan Prabowo-Sandiaga dan sebuah janji untuk hasil real countnya.

Editor: Frandi Piring
Macan Idealis Youtube channel
Jubir BPN, Vasco Ruseimy berbincang dengan direktur Satgas BPN - Repro Youtube Macan Idealis 

TRIBUNAMANADO.CO.ID - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional ( BPN), Vasco Ruseimy kembali membongkar soal penghitungan suara atau real count internal yang dilakukan tim Prabowo-Sandiaga.

Melalui akun youTube Macan Idealis, Vasco Ruseimy mengunjungi lokasi penghimpunan data real count internal BPN yang selama ini disebut-sebut dirahasiakan.

Malahan, Vasco Ruseimy mengabadikan suasanya para relawan saat menghimpun data penghitungan suara.

Selain itu, Vasco Ruseimy juga memperkenalkan sosok yang berperan besar dibalik real count internal BPN.

Dia adalah Toto Utomo Budi Santoso, Direktur Satgas BPN Prabowo-Sandiaga.

"Pak Toto ini orang dibalik layar, punya peran besar terhadap kemenagan 02, belum banyak yang tahu beliau ini menjadi simpulnya satgas," kata Vasco Ruseimy di video yang diunggah 11 Mei 2019 itu.

Toto kemudian menjelaskan soal fungsi dan tugas dari satgas tersebut.

Ia mejelaskan, sebenarnya relawan berbeda dengan satgas.

Satgas merupakan kumpulan beberapa ormas dan organisasi sosial atau organisasi profesi yang digabung ke dalam satu wadah yang disebut Sekretariat Bersama Satgas.

"Idealnya memang sesuai dengan pengalaman saya, kita membentuk secara khusus satgas untuk pememangan. Tapi karena wktu, biaya dan kendala lainnya, akhirnya saya dan temen-temen di Satgas putuskan untuk mengakomodir ormas-ormas berbadan hukum kita kategorikan sebagai satgas," ucapnya.

Lanjutnya, itu sekaligus memberikan penjelasan perbedaan satgas dengan relawan.

"Kita kelompokkan ormas, orsos, organisasi profesi berbadan hukum kita kumpulkan dalam Sekretariat lintas ormas orsos. Kita memang punya tupoksi mengamankan mengawal setiap TPS itu 2 orang, di 800 ribu lebih TPS," ucapnya.

Sekretariat Satgas tersebut dibuat secara bertingkat, mulai dari provinsi hingga ke tingkat desa atau kelurahan.

"Kita gak bisa langsung bentuk dibawah, kita bentuk dulu Sekber orsos ormas di tiap-tiap provinsi dan sudah kita deklarasikan diam-diam. Lalu sekber tingkat provinsi membentuk tingkat kabupaten, lalu tingkat kecamatan, hinga kelurahan hingga ditemukan dua orang di tiap TPS.

"Jadi kita boleh dikatakan punya 1,6 juta lebih satgas di seluruh Indonesia," ucapnya.

Toto juga menjelaskan, dalam pengiriman data, memang tidak semuanya bisa menggunakan teknologi WhatsApp yang membutuhkan koneksi internet.
Untuk itu, digunakan SMS sebagai penggantinya.

Hal itu dikarenakan tidak semua TPS di seluruh lokasi di Indonesia sudah tersedia jaringan internet.

"kan tidak semuanya bisa kirim (lewat) android, yang tidak dapat sinyal internet bisa SMS, dan itu valid. Dan sampai skrg setiap saat terakhir kabupatnebekasi menyerahkan seluruh c1 dan D1," ungkapnya.

Selain pengumpulan data melalui Android dan SMS, banyak juga satgas yang mengirimkan langsung formulir C1 dan D1 ke Sekretariat Bersama pusat di Jakarta.

Tak hanya membongkar soal sistem penghitungan suara, Vasco Ruseimy juga mengungkap suasana penghitungan real count internal BPN.

Di tempat itu, terdapat beberapa relawan sedang melakukang pengimputan data di komputer.

Ia menyebut kalau penghimpunan data tak hanya di satu titik, melainkan di beberapa titik.

Disamping membahas soal suasana real count dan cara pengumpulan data, pihaknya juga berjanji akan mengungkap hasil real count yang dilakukan internal BPN.

"Real count ini sudah terencana sejak awal, data yang masuk berbasis C1, karena memang kita gak mau gembar-gembor kita bekerja saja dan data masuk terus," kata pimpinan Satgas BPN lainnya Heri.

"Dan tinggal tunggu tanggal mainnya ekspos hasil data yang kita kumpulkan. Dalam waktu dekat ini BPN akan mengumumkan semu rincian data kita yang kita sudah dikumpulkan," ucapnya.

Vasco Ruseimy pun menanyakan apakah akan dibocorkan dalam waktu dekat atau tidak.
"Ada kejutan dalam waktu dekat. Mau diborocin gak? nanti aja lah sabar

Berikut videonya :

Baca: Dampak Demokrat di Koalisi Adil Makmur, Arief Puyouno: Buat Suara Prabowo-Sandi Menurun

Baca: Kivlan Zen Sebut SBY dan Demokrat Jegal Prabowo jadi Presiden, Ferdinand: Jangan Menambah Lawan

Baca: Info 62% Hangat Diperdebatkan, Penyesat 02, Demokrat: Logika Kalah di Jawa, Tidak Mungkin Menang

Klaim Kemenangan 62 % Prabowo-Sandi Ternyata Andalkan SMS, Ini Kata Sang Profesor Soal Setan Gundul

Polemik klaim kemenangan 62 persen untuk capres cawapres Prabowo Subianto -Sandiaga Uno akhirnya terungkap.

Tim Badan Pemenangan Nasional ( BPN) Prabowo-Sandiaga mengungkapkan siapa sosok di balik perolehan angka 62 persen tersebut.

Vasco Ruseimy, anggota BPN melalui vlog-nya mewawancarai tokoh yang melakukan penghitungan perolehan suara untuk Prabowo-Sandiaga.

Dalam video yang diunggah di channel Yotube-nya, Macan Idealis, Rabu (8/5/2019), Vasco Ruseimy memperkenalkan sosok bernama Prof Laode.

Vasco menjelaskan bahwa Prof Laode sebagai satu di antara tim pemenangan tim Prabowo-Sandiaga beserta koalisi kubu 02 lainnya.

Selain itu, Prof Laode juga disebut sebagai otak dari penghitungan perolehan suara untuk Prabowo-Sandiaga.

"Biar teman-teman tahu, beliau adalah koordinatornya, otaknya yang mengumpulkan dan mengkolek semua data C1 baik itu dari relawan dan yang lain-lain semua dikumpulkan untuk pemenangan tim Pak Prabowo-Sandi lah intinya dan partai koalisi," jelas Vasco.

Di menit-menit pertama, Vasco Ruseimy langsung menyinggung soal 'setan gundul' serta perolehan angka 62 persen untuk Prabowo-Sandiaga.

Diketahui, istilah 'setan gundul' hangat diperbincangkan lantaran Andi Arief mengatakan bahwa Partai Demokrat ingin menyelamatkan Prabowo.

Andi Arief menyebut 'setan gundul' memberikan informasi perolehan suara yang salah kepada Prabowo.

Untuk itu lantas Vasco meminta tanggapan kepada Prof Laode.

Dengan tegas Prof Laode menyatakan bahwa apa yang disampaikan Prabowo-Sandi adalah data-data valid.

"Setiap apa yang diucapkan oleh Pak Prabowo dan Sandi itu semuanya disuplai dengan data-data yang valid," ujar Prof Laode.

Ia kemudian mengatakan asal data klaim kemenangan Prabowo sebelumnya.

Laode mengungkapkan bahwa pihaknya mengumpulkan data C1 menggunakan sebuah sistem.

Laode menyatakan sistem tersebut menggunakan pesan singkat atau sms.

"Misalnya, ini yang dipersoalkan data 62 persen dari mana sih sekian jam," jelas Prof Laode.

"Itu buat kami sudah di jauh hari kita sudah buat sistem pakai sms saja."

"Jadi setiap orang yang telah menusuk (mencoblos) itu ya, kemudian keluar C1-nya, langsung saja di kirim."
"Nah sistem itu dengan cepat sekali," tegasnya.

Menanggapi hal itu, Vasco kembali bertanya kapan data itu didapat.

"Oh pas hari H itu ya prof ya?" tanya Vasco.

"Pas hari, sekian jam, kan (sama) sebetulnya model quick count atau exit poll saja itu sebenarnya" jawab Prof Laode.

Sekali lagi, Laode menegaskan bahwa klaim perolehan suara kemenangan Prabowo-Sandi mulanya melalui sms.

"Tapi kan kita lihat itu, kemudian ketika dikemukakan itu memang seperti itu, yang jumlah 62 persen itu kan sms basisnya," beber Laode.

Lantas Laode menjelaskan langkah selanjutnya dalam mengumpulkan suara pilpres.

"Kemudian baru belakangan segera kita susuli dengan pekerjaan kita minta dari saksi-saksi, kemudian dari relawan satgas, relawan itu kan banyak, kemudian dari emak-emak

juga, kemudian dari partai-partai," papar Laode.

"Semua segera mengumpulkan dan kita kumpulkan," imbuhnya.

Dirinya juga menuturkan bahwa hingga kini pihaknya tetap mengumpulkan data C1 tersebut.

"Jangan lupa empat hari setelah 17 April 2019 itu, orang enggak sadar pentingnya C1," tutur Laode.

"Kami sudah sadari itu, kami kumpulin sampai hari ini kita kumpulin terus-menerus dan pengumpulan itu kita sortir juga tentunya," lanjutnya.

"Nah dari situlah datanya lengkap," ungkapnya.

Simak videonya berikut ini :

Ferdinand Sebut 62 Persen Bukan Survei Kemenangan Prabowo-Sandi

Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menyebutkan, partainya tidak pernah membuat survei yang menyatakan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menang 62 persen.

Ia mengatakan, dalam survei internal memang muncul angka 62 persen.

Akan tetapi, angka itu merupakan besaran jumlah dukungan kader Partai Demokrat yang saat itu ingin berkoalisi dengan Prabowo-Sandiaga.

"Memang 62 persen kader kami menginginkan koalisi dengan Pak Prabowo dan sisanya menginginkan berkoalisi dengan Pak Jokowi," kata Ferdinand saat ditemui di Kantor

KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (6/5/2019).

Ferdinand mengatakan, survei tersebut dilakukan pada Agustus 2018.

Survei dilakukan untuk menentukan sikap politik Partai Demokrat, apakah ingin berkoalisi dengan Prabowo Subianto atau Joko Widodo.

Hasilnya, 62 persen kader Demokrat ingin merapat ke Prabowo.

Hal inilah yang mendasari dukungan Demokrat kepada paslon nomor urut 02 itu.

"Itu faktanya, bukan angka survei seolah-olah Pak Prabowo akan menang 62 persen. Itu harus diluruskan," ujar Ferdinand.

Ferdinand mengatakan, ia telah berkomunikasi dengan Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief yang menyinggung soal " setan gundul " yang memasok kesesatan kemenangan 62 persen.

Julukan "setan gundul" ini merujuk pada pihak yang menyesatkan informasi kepada Prabowo.

Kepada Ferdinand, Andi Arief juga menyebut, sangat tidak mungkin Prabowo-Sandi menang di angka 62 persen.

"Logikanya kalau Pak Prabowo kalah di beberapa provinsi di Jawa, Jogja, Jateng dan Jatim, saya belum tahu pastinya tapi infonya seperti itu, maka akan sangat tidak mungkin

Pak Prabowo menang di angka 62 persen," ujar Ferdinand.

"Karena 2009 SBY menang di Jawa saja hanya 60 persen. Menurut Andi Arief logikanya tidak masuk," lanjut dia.

Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Penasihat Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Hidayat Nur Wahid menanggapi pernyataan Wakil

Sekjen Partai Demokrat Andi Arief terkait klaim kemenangan Prabowo dengan perolehan suara mencapai 62 persen.

Melalui akun Twitter @AndiArief_, Andi mengungkapkan bahwa Partai Demokrat ingin menyelamatkan Prabowo dari kelompok yang menyebut angka kemenangan 62 persen.

Menurut Hidayat, klaim kemenangan sebesar 62 persen justru berasal dari survei internal Partai Demokrat.

"Tentang 62 persen itu juga publik sudah membaca bahwa di internal Demokrat l, survei mereka menyebutkan bahwa Prabowo menang dengan 62 persen. Nah bagaimana itu?" ujar Hidayat saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (6/5/2019).

"Jadi justru publik mendapatkan bacaan berita beberapa hari lalu bahwa survei internal Demokrat, Prabowo menang 62 persen," ucapnya.

Baca: Cerminan Orde Baru, Permintaan Komnas HAM untuk Bubarkan Tim Asisten Hukum Pemilu, Ini Alasannya

Baca: Sosok Setan Gundul Penutur Data Klaim Kemenangan Prabowo-Sandi 62% di Pilpres

Baca: Kembali Lagi, Deklarasi 02, Aksi Demo Eggi Sudjana & Jajaran Soal Kecurangan Paslon 01 dalam Pilpres

 

Baca: Prabowo Sampaikan Dukacita Atas Meninggalnya Petugas KPPS di Desa Suluun Satu

Baca: Diduga Kelelahan, Satu Petugas KPPS di Minsel Meninggal Dunia

Baca: Soal Banyaknya Petugas KPPS yang Meninggal Usai Pemilu 2019, Ini Kritikan Pedas Mulan Jameela

Baca: Ratusan Petugas KPPS Berpulang saat Tugas Pemilu, Fadli Zon Singgung Kasus Kopi Beracun Mirna

Baca: Ratusan Petugas Meninggal di Pemilu 2019, Claudia Sangari Berharap Ada Evaluasi di 2024

 

Berita Terpopuler:

Baca: Video Klarifikasi Dheva Suprayoga yang Dikaitkan dengan Pria yang Ingin Memenggal Kepala Jokowi

Baca: Oknum TNI Diduga Mutilasi Kasir Indomaret di Penginapan, Terungkap Ada 2 Pria Sewa Kamar yang Sama!

Baca: Wanita 20 Tahun Diperkosa 5 Pria di Depan Suaminya, Suami Gambarkan Apa yang Disebut 3 Jam di Neraka

Baca: Gibran Rakabuming Raka Angkat Bicara Soal Video Viral Pemuda yang Ancam Penggal Kepala Presiden

 

Artikel ini telah tayang di Tribun Bogor dengan judul: Ini Alasan BPN Pakai SMS Untuk Kumpulkan Data, Janji Ungkap Hasil Real Count: Tunggu Tanggal Mainnya

Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved