News Analysis
Ferry Liando Sebut Hasil Quick Count Sulit Berubah
Tak bisa dipungkiri Pemilu 2019 di Sulut banyak masalah, meski prosesnya berjalan lancar.
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Alexander Pattyranie
Ferry Liando Sebut Hasil Quick Count Sulit Berubah
News Analysis oleh:
DR Ferry Liando
Pengamat Pemilu
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Tak bisa dipungkiri Pemilu 2019 di Sulut banyak masalah, meski prosesnya berjalan lancar.
Masalah yang terungkap seperti keterlambatan pencoblosan karena keterlambatan logistik, keterlambatan saksi, adanya pemilih yang membawa kamera saat pencoblosan, namun pada umumnya proses pemungutan dan penghitungan suara bisa berjalan dengan baik.
Masalah-masalah di atas sifatnya teknis dan tidak banyak mempengaruhi subtansi.
Prosenya penghitungan belum selesai sehingga diharapkan bisa berjalan lancar.
Putusan Mahkamah Konstitusi menyebutkan penghitungan suara diperpanjang 12 jam dari pukul 00.00.
Pada UU 7 2017 menyebutkan penghitungan suara berakhir pada hari yang sama dengan hari pencoblosan, sehingga perlu ditunggu bagaimana kelanjutannya.
Saat ini sejumlah lembaga survei sudah mengumumkan hasil sementara berdasarkan quick count.
Data yang digunakan sudah di atas 50 persen hasil TPS sehingga kecil kemungkinan hasilnya berbeda dengan hasil resmi dari KPU RI.
Namun demikian sepanjang belum ada pengumuman resmi dari KPU semestinya belum ada pihak yang mengklaim kemenangan apalagi sudah bereaksi berlebihan.
Hal ini untuk menjaga pihak yang kalah bereaksi.
Ia juga mengapresiasi menyangkut partisipasi pemilih yang menggunakan hak pilih.
Pilpres tahun 2014 di Sulut sebanyak , 69,78 persen. Mereka terdiri 1.305.705 pemilih tetap, 3.760 pemilih tambahan, 2.352 pemilih khusus, dam 38.051 pemilih khusus tambahan.
Angka pemilih yang menggunakan hak pilih biasanya sangat tergantung pada dinamika politik.
Pilpres 2019 dinamikanya berbeda dengan tahun 2014. Dinamika yang menonjol pada Pilpres tahun ini adalah berkembanganya fenomena politik aliran sehingga kemungkinan besar masyarakat yang terpolarisasi dengan politik identitas akan berlomba-lomba mendatangi TPS.
Sehingga kemungkinan angka golput akan turun.
Dinamika Pilpres 2019 telah mengarah pada pertarungan gengsi, untuk membuktikan mana yang paling benar dari dua polarisasi pemilih yang terbentuk.
Sekarang ini penilaian publik pada capres bukan lagi dilihat pada program yang ditawarkan oleh kedua capres, tapi lebih kepada faktor suka atau tidak suka.
Masyarakat dipanas-panasi bahkan tidsk sedikit yang terprovokasi oleh skenario tim sukses masing-masing capres.
Sebagai reaksi atas sikap itu maka pemilih cenderung emosional. Sehingga cara untuk meluapakan emosional itu adalah para pemilih akan berbondong2-bondong mendatangi TPS sehingga kemungkinan yang bisa terjadi adalah menurunnya angka golput.
Namun demikian ada potensi pemilih tidak bisa memilih karena alasan administrasi atau alasan teknis.
Fakta tentunya masih banyak pemilih yang mengeluh karena tidak terdaftar dalam daftar pemilih karena alasan ribetnya administrasi kependudukan.
Mereka ini bukan pemilih golput tapi pemilih yang tidak memilih karena faktor administrasi atau teknis.
(Tribunmanado.co.id/Ryo Noor)
BERITA POPULER:
Baca: Guru Honorer Sudah 4 Kali Berhubungan Intim dengan Pelaku, Aksi ke-4 Kali Ternyata Berujung Maut!
Baca: Siswa SD Kelas 6 dan Siswa SMP Perkosa Siswi SMA hingga Hamil
Baca: LIVE STREAMING Hasil Quick Count Pilpres 2019, Siapa yang Lebih Unggul? Nonton Lewat Ponsel
TONTON JUGA: