Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Petahana Belum Aman di Pilpres: Begini Penjelasan Polmark

Lembaga survei, Polmark Indonesia merilis hasil survei terbarunya untuk memotret potensi keterpilihan calon presiden dan wakil presiden

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Tribun Jateng
Jokowi dan Prabowo 

Kemudian, PAN (5,9 persen), NasDem (5,6 persen), PKS (4,6 persen), dan terakhir adalah PPP (4,5 persen).
"Seluruh partai merupakan partai yang telah memiliki keterwakilan di parlemen saat ini," katanya.

Eep Saefulloh Fatah juga menyoroti PAN yang seringkali disebut sulit lolos PT, ternyata menurut survei pihaknya mengatakan sebaliknya.
"PAN selama ini dinilai akan sulit lolos ambang batas parlemen. Namun, menurut survei kami, PAN masih cenderung aman. Namun, apabila mengingat margin of error, angka ini seharusnya tak membuat kader bersantai," jelasnya.

Menariknya, tak ada satupun dari tujuh partai yang baru yang mengikuti Pemilu 2019 kali ini yang lolos parliamentary thresold.
Bahkan, menurut survei Polmark Indonesia, beberapa di antaranya hanya mendapat hasil pemilu di bawah satu persen.

Di antaranya, Perindo (2 persen), PSI (0,6 persen), Berkarya (0,4 persen), dan Garuda (0,1 persen).
Sedangkan beberapa partai lama yang juga masih gagal adalah Hanura (1,1 persen), PBB (0,5 persen), dan PKPI (0,2 persen). Kecuali Hanura, ketujuh partai tersebut juga belum memiliki wakil di parlemen saat ini.

Melihat hal tersebut, Eep menilai bahwa partai baru memiliki tantangan lebih berat dibandingkan partai lama.
"Ini membuktikan bahwa berpartai di negara di sistem negara sebesar Indonesia, tidak sederhana, tidak mudah, dan tidak murah," tegasnya, dikonfirmasi usai acara.

"Siapapun yang melakukan itu (mendirikan parpol), harus melakukan dalam rentang waktu yang cukup. Dengan infrastruktur atau jaringan sosial yang juga memadai," imbuh Eep Saefulloh Fatah.
Bahkan, sekalipun memiliki modal yang yang cukup tak mudah untuk bisa lolos parlemen.

"Punya uang, namun tidak punya jaringan sosial, tidak bisa uang disulap menjad jaringan sosial. Jaringan sosial itu harus diaktivasi," tandasnya.
"Saya melihat partai baru memiliki masalah itu. Ketika memiliki sumber daya lebih dalam bentuk uang, namun tidak dengan jaringan. Membentuk jaringan memerlukan waktu dan tak bisa dibeli dengan uang," tukas Eep Saefulloh Fatah.

Dijelaskan, survei yang dilakukan Polmark Indonesia kali ini dilakukan di 73 dapil se-Indonesia melalui 73 survei berbeda.
Di tiap surveinya untuk tiap dapil, survei melibatkan 440 orang. Sementara khusus untuk Jabar 3, melibatkan 880 orang.

Menggunakan metode multistage random sampling, survei ini memiliki margin of error sekitar 4,8 persen serta tingkat kepercayaan mencapai 95 persen. Eep Saefulloh Fatah juga menjelaskan, bahwa survei yang dilakukan rentang waktu Oktober 2018 hingga Februari 2019 ini merupakan kerjasama pihaknya dengan PAN. (Tribun)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved