Selamat Jalan Sajjad!
Sajjad Jacob (24) warga Afganistan di Rudenim Manado meninggal dunia, pada Rabu (13/2/2019) setelah aksi bakar diri yang dilakukannya pada Selasa
Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sajjad Jacob (24) warga Afganistan di Rudenim Manado meninggal dunia, pada Rabu (13/2/2019) setelah aksi bakar diri yang dilakukannya pada Selasa (06/02/2019).
Lulusan Unsrat Manado ini menghebuskan napas terakhir setelah berjuang melawan derita luka bakar selama sepekan terakhir dirawat di RSUP Kandou.
Jenazah Sajjad sudah dimakamkan di Malendeng pada Kamis (14/2/2019)
Saat dirawat, Sajjad mengungkapkan aksi nekatnya tersebut karena petugas rudenim dan kepolisian memaksa masuk ke area kamarnya.
Aksi bakar diri tersebut membuat pamannya yang berada dekat ikut terbakar.
Sajjad mengungkapkan dia dan penghuni lain terus melakukan protes ke PBB terkait status mereka dalam beberapa tahun terakhir.
Baca: 10 Foto Sajjad, Imigran Afghanistan yang Bakar Diri di Rudenim Manado, Ada yang Saat di Kolam Renang
Baca: Ini Kronologi Imigran Afghanistan Bakar Diri dari Kepala Rudenim, Jangan Sampai Mereka Rakit Bom
Baca: Warga Afghanistan di Rudenim Manado Ini Bakar Diri, Ini Penyebabnya
Baca: Keluarga Almarhum Sajjad: Indonesia Membantu Kami Lebih daripada Negara Kami

Mereka unjuk rasa hingga mogok makan untuk mendapatkan status sebagai pengungsi sebelum dideportasi ke negara tujuan.
Dia merasa hidup di rudenim seperti dalam penjara.
"Selama ini PBB terlebih khusus UNHCR telah menginjak hak kami. Sebab selama 20 tahun ini mereka tidak pernah lanjuti janji mereka," ujar aktivis HMI ini saat ditemui di RSUP Kandou kepada tribunmanado.co.di pada Sabtu (9/2/2019).
Atas aksi protes tersebut, dia dan keluarganya didatangi petugas dan kepolisian untuk digeledah.
Tampaknya sakit makin parah karena sudah menolak diwawancarai pada Minggu 9 Februari.
Dia mengaku kesakitan dengan luka-luka itu.
Kepala Rudenim Manado Arther Mawikere mengatakan status penghuni rudenim final reject atau ditolak sebagai pengungsi.
“Yang jelas status mereka final reject, dan sejak 01 Februari 2019 berada dalam pengawasan Imigrasi sesuai surat UNHCR 31 Januari 2019. Termasuk Internasional Organizations for Migrations yang telah memutus pemberian fasilitas mereka, oleh karena ulah dan perbuatan mereka yang menolak beberapa kali pihak UNHCR untuk menemui mereka. Sehingga status mereka adalah Immigratoir,” ujar Mawikere kepada tribunmanado.co.id pada Sabtu (9/2/2019)
Baca: Ingat Oma Martha? Wanita 82 Tahun di Minsel Menikah dengan Pemuda 28 Tahun, Ini Kabar Terbarunya
Baca: Sosok Oma Masje Ompi, Istri Mantan Bupati Bolmong yang Jasadnya Ditemukan Mulai Membusuk di Manado
Baca: Denis Howan Tewas Tersengat Listrik, Ibu Korban Menangis Histeris, Pacar: Sudah Bercerita mau Nikah
Baca: 5 Fakta Daniel Denis Howan, Teknisi Telkom Tewas Tersengat Listrik: Anak Tunggal dan Segera Menikah

Pihaknya meminta bantuan polisi untuk mengecek kamar para penghuni karena pagar menuju kamar sudah ditutup.
Saat itulah Sajjad yang menolak digeladah melakukan aksi bakar diri.
Sayang, aksi nekad Sajjad yang gigih memperjuangkan nasibnya dan pencari suaka lain justru menyebabkan nyawanya hilang.
Sang pahlawan pencari suaka yang bergaul akrab dengan warga Manado ini sudah dimakamkan.
Kematian Sajjad meninggalkan duka, banyak protes pun dilayangkan warganet Manado terkait kematian Sajjad.
Sajjad dan keluarga memang sudah hampir 10 tahun tinggal di Manado setelah sebelumnya tinggal di NTB selama 10 tahun.
Baca: Foto-foto Pemakaman Marcelino Mongi, Korban Kecelakaan di Kairagi, Disemayamkan di SMA Eben Heazar
Baca: 9 Fakta Kecelakaan Marcelino Mongi di Kairagi: Teman Ungkap Sifat Korban hingga Polisi akan Cek CCTV
Baca: 7 Fakta Marcelino Mongi, Siswa SMA Tewas Kecelakaan di Kairagi: Suka Menolong dan Janji Dekat Tuhan
Baca: Marcelino Mongi, Korban Kecelakaan di Kairagi Pernah Menulis Surat untuk Tuhan, Isinya Bikin Haru

Alasan kemanusian tentu membuat banyak orang berempati atas peristiwa menimpa Sajjad.
Namun, ada hukum internasional yang harus dipatuhi dalam perjuangan para pencari suaka tersebut.
Apalagi Indonesia bukan negara peratifikasi konvensi Wina tentang pengungsi.
Sehingga tidak ada kewajiban untuk mengurus pengungsi.
Para pencari suaka tersebut hanya titipan yang kapanpun bisa dideportasi.
Kini, jenazah Sajjad sudah dimakamkan pada Kamis (14/2/2019).
Amar Karim, keluarga Sajjjad mengungkapkan sebagai warga yang lari dari negaranya, kedatangan mereka hanya untuk mendapatkan kedamaian. Indonesia dia anggap sebagai negara yang mampu memberi kedamaian itu.
"Kami pihak keluarga sangat berterima kasih atas bantuan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia membantu kami lebih dari keluarga kami, lebih dari negara kami," ujar dia
Dia menyebut, kebaikan yang mereka rasakan tidak hanya setahun melainkan sudah 20 tahun, yakni 20 tahun di Nusa Tenggara Barat dan 10 tahun di Manado.
"Karena masyarakat Indonesia kami bisa bernapas. Keluarga kami telah mendapatkan kehangatan yang diberikan masyarakat Indonesia selama ini. Kami berharap dukungan penuh dari Masyarakat Indonesia,” lanjut dia.
Banyak warga Manado bahkan aktivis yang datang memberikan penghormatan terakhir kepada Sajjad.
Para penghuni rudenim dan warga Manado mengenalnya pun akan terus merindukan sosok pemberani dan berpegang teguh pada kebenaran itu.
Selamat Jalan Sajjad!
TONTON JUGA: