Yenny: Muslimat NU Tak Lagi Diam, Deklarasikan Antihoaks-Tolak Fitnah
Ribuan anggota Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) berkumpul di Gelora Bung Karno, Jakarta, untuk mempringati
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Presiden juga minta agar Muslimat NU berkontribusi mewujudkan Islam yang moderat. "Kita ingin Islam moderat, moderasi Islam terus digaungkan.
Sudah disampaikan oleh Ketua Umum Muslimat NU, Ibu Khofifah Indar Parawansa, Islam yang Aswaja penuh toleransi, penuh moderasi, saling menghargai, saling menghormati, itulah semangat yang disampaikan oleh Muslimat NU," katanya.
Teringat Kembali Sang Nenek
Ketua Panitia Pelaksanaan Maulidurrasul dan Hari Lahir Muslimat ke-73 Nahdlatul Ulama (NU), Yenni Wahid menyebut posisinya dalam acara itu mengingatkan pada sang nenek, Nyai Sholihah Wahid Hasyim.
Menurut Yenny, Nyai Sholihah yang merupakan istri dari KH Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pertama yang juga ibu dari Gus Dur, merupakan Ketua Muslimat di era 70-an.
"Tadinya ketika Bu Ketum (Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa) minta saya jadi Ketua Panitia, saya agak khawatir. Berat tanggung jawab yang harus diemban. Tapi saya ingat nenek saya, saya ingin dia tersenyum dan bangga cucunya mau berkhidmat di Muslimat," kata Yenny ketika ditemui di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (27/1).
Sebagai putri dari keluarga pendiri NU, Hadratussyaikh Hasyim Asyari, Muslimat tentu bukan hal asing bagi Yenny. Selain dari nenek, dia juga mengenal organisasi ibu-ibu NU ini lewat ibunya dan tantenya."Dan saya yakin banyak pula yang dibesarkan oleh ibu-ibu Muslimat," kata dia.
Yenny menyebut ibu Menteri Agama Lukman Hakim yang saat masa penjajahan ikut angkat senjata bersama ibu-ibu Muslimat, atau ibunda dari Presiden Joko Widodo yang aktif di pengajian Muslimat. "Makannya tak heran tadi Pak Jokowi fasih menyanyikan lagu Syubbanul Wathan," kata Yenny.
Menurut Yenny, diperkirakan jumlah Muslimat yang hadir dalam acara ini ada 100 ribuan. Beberapa di antaranya dari Lampung sekitar tujuh ribu, Jawa Tengah sekitar 20 ribu, atau Jawa Barat yang mencapai 50 ribu orang.
"Begitu juga dari Indonesia timur, mereka ada yang menyeberang laut, naik bus berhari-hari, untuk berkhidmat kepada Muslimat," ucapnya.
Yenny Wahid menyebut peran Muslimat NU dalam mengukuhkan manhaj Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyyah amatlah penting. "Dengan begitu akan terwujud Islam yang rahmatan lil alamin. Menguatkan Aswaja adalah menguatkan bangsa bahkan dunia," kata Yenny saat membacakan sambutannya.
Ia mengaku salut atas keikhlasan dan perjuangan para ibu-ibu Muslimat untuk bisa sampai di Gelora Bung Karno (GBK). Menurut Yenny, mereka datang tanpa kenal lelah, membawa keinginan sederhana berkhidmat bagi negara nusa dan bangsa.
"Hadir dengan kesederhanaan dan gembolan (bawaan) masing-masing. Semalam diguyur hujan nggak goyah. seperti lagu dangdut, baju satu kering di badan, jangan lupa cintaku Muslimat. Hari ini Jakarta jadi ijo royo-royo (menghijau)," kata Yenny menyitir warna hijau yang merupakan warna kebanggaan warga NU. (tribunnetwork/dan/sen)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/yenny-wahid-dukung-jokowi_20180927_140542.jpg)