Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Maxi Worotikan Tewas Kecelakaan Alat Berat di Tateli, Putranya Ungkap Hal Ini

Januar(23) Putra Maxi Worotikan (55) Warga Desa Sawangan yang tewas tertimpa alat berat saat bekerja

Penulis: Nielton Durado | Editor: Aldi Ponge
KOLASE TRIBUNMANADO/NIELTON DURADO
Jenazah Maxi Worotikan (55) dan Putranya Januar Worotikan (23) 

TRIBUNMANADO.CO.ID -  Januar Worotikan (23) Putra Maxi Worotikan (55) Warga Desa Sawangan Kabupaten Minahasa yang tewas tertimpa alat berat saat bekerja di Desa Tateli, pada Jumat (7/9/2018) mengungkapkan ayah dan ibunya telah berpisah selama 3 tahun terakhir.

"Sudah 3 tahun berpisah dengan ibu, dan tapi belum ada surat cerai," kata Januar di rumah kopi Billy Jalan Sam Ratulangi kepada tribunmanado.co.id, Sabtu (8/9/2019) 

Baca: 5 Fakta Kecelakaan Alat Berat di Tateli, Anak Gadis Korban Menangis Tanpa Suara

Ia mengaku sangat kaget ketika sanak saudaranya memberitahukan ayahnya meninggal.

"Waktu mereka bilang papa sudah meninggal, saya malah minta mereka jangan bercanda. Tapi ketika buka Facebook ternyata sudah rame," bebernya.

Januar yang bekerja sebagai tenaga harian di Jalan Tol Manado-Bitung lalu bergegas ke RSUP Kandou.

"Sampai di sana saya sudah tak bisa menangis lagi. Pikiran kacau dan semua terasa kosong," beber dia.

Januar Worotikan saat memberikan keterang ketikadi tmeui pihak Tribun Manado
Januar Worotikan saat memberikan keterang ketikadi tmeui pihak Tribun Manado (TRIBUNMANADO/NIELTON DURADO)

 Katanya Mau Pergi Lama

Kantung mata Januar Worotikan (23) tampak membengkak.

Ia datang menggunakan jaket jeans biru dipadukan dengan lapisan kaos berwarna hitam.

"Dari semalam cuma tidur dua jam," kata pria yang biasa disapa Janu, sambil menyeruduk segelas kopi susu.

Baca: Rupiah Melemah, Penjualan Barang di Sulut tak Terpengaruh Dolar, Ternyata Ini Penyebabnya

Januar adalah anak pertama dari Maxi Worotikan (55) yang tewas tertimpa alat berat saat bekerja di PT Cahya Gelora.

"Papa sempat pamit, katanya mau pergi lama. Tapi itu dikatakan minggu ketika pulang ke rumah," beber dia.

Pamitan yang dimaksud adalah untuk bekerja di Papua dalam waktu yang lama.

"Katanya mau ke Papua, karena diajak sama bos di perusahaan," ungkapnya.

Baca: Steven Sebut Proyek Pemecah Ombak Likupang Dikerjakan oleh Mantan Kapolresta Manado

Namun Ia tak menyangka bahwa pamitan tersebut menjadi pertemuan terakhir dengan sang ayah.

"Tidak ada yang tahu rencana Tuhan," ucapnya dengan tatapan mata kosong.

Ia menambahkan, sang ayah akan dikebumikan pada Minggu (9/9/2018) di Desa Sawangan.

"Besok dikuburkan, karena mau tunggu kakak dan adik papa mau datang," tegasnya.

Baca: Ketika Kaum LGBT di Manado Perjuangkan Identitasnya, Dipersoalkan karena Dandanan

 

Suasana saat jenazah Maxi Worotikan (55) yang tewas tertimpa alat berat saat bekerja di PT Cahya Gelora berada di RS Kandouw, Jumat (07/09/2018) malam.
Suasana saat jenazah Maxi Worotikan (55) yang tewas tertimpa alat berat saat bekerja di PT Cahya Gelora berada di RS Kandouw, Jumat (07/09/2018) malam. (TRIBUNMANADO/NIELTON DURADO)

Sempat Minta Berdamai

Januar mengungkapkan sebelum kejadian tersebut, Maxi Worotikan sempat meminta berdamai dengan sang istri, Ibu Januar.

"Papa memang mau berdamai dengan mama, dan meminta maaf atas kesalahan di masa lalu," ujarnya.

Bahkan Maxi sempat meminta Januar untuk membujuk ibunya.

"Tapi memang ibu sudah tidak mau. Apalagi sekarang sudah ada suami barunya," aku dia.

Baca: Kaka Slank Dukung Penyelamatan Pulau Bangka dari Tambang Bijih Besi, Begini Tanggapan PT MMP

Januar menceritakan bahwa sang ayah bahkan rela pulang seminggu sekali untuk bertemu ibunya.

"Dia bahkan ingin mencari suami barunya, saking sakit hatinya," ungkapnya.

Dari hati yang paling dalam Januar memang mengaku bahwa masih ingin ayah dan ibunya kembali rujuk.

"Tapi saya hanya sampai sebatas membujuk. Kalau mereka sudah tak mau lagi, itu keputusan mereka," tandasnya.

Baca: Kisah Pilu Kaum LGBT di Manado, Mengaku Dipersekusi, Berhenti Sekolah hingga Diusir dari Gereja

Jenazah Maxi Worotikan (55) waga Desa Sawangan Kabupaten Minahasa yang tewas tertimpa alat berat saat bekerja di Desa Tateli, Minahasa Utara
Jenazah Maxi Worotikan (55) waga Desa Sawangan Kabupaten Minahasa yang tewas tertimpa alat berat saat bekerja di Desa Tateli, Minahasa Utara (TRIBUNMANADO/NIELTON DURADO)

Ingin Sekolahkan Adik

 Usai kehilangan sang ayah yang tewas tertimpa alat berat, Januar ingin mengambil tanggung jawab ayahnya untuk menyekolahkan adiknya.

"Sekarang saya hanya ingin sekolahkan adik hingga selesai," ujarnya.

Ia mengaku tak kuasa ketika mendengar keluhan dari adiknya terkait sekolahnya.

"Semalam Sela datang pada saya dan bilang sudah tak tahu meminta biaya sekolah pada siapa. Makanya sebagai kakak, saya ingin lihat dia selesai sekolah," tegasnya.

Baca: Aktivis Ini Beber Kehidupan Kaum LGBT di Manado, Tomohon dan Bitung

Suasana saat jenazah Maxi Worotikan (55) yang tewas tertimpa alat berat saat bekerja di PT Cahya Gelora berada di RS Kandouw, Jumat (07/09/2018) malam.
Suasana saat jenazah Maxi Worotikan (55) yang tewas tertimpa alat berat saat bekerja di PT Cahya Gelora berada di RS Kandouw, Jumat (07/09/2018) malam. (TRIBUNMANADO/NIELTON DURADO)

Anak Maxi Terima Rp 20 Juta

PT Cahya Gelora ternyata sudah memberikan bantuan pada keluarga Maxi Worotikan yang merupakan korban kecelakaan alat berat di Tateli.

"Kemarin sudah diserahkan Rp 20 juta sampai pemakanan," kata dia.

Ia menambahkan jika ada sida dari uang tersebut akan diserahkan pada adiknya. "Sisanya mau kasih ke adik untuk biaya sekolah," bebernya.

Ia berharap PT Cahya Gelora bisa membantu adiknya hingg selesai sekolah. "Inginnya mereka bisa bantu dia, karena sekarang saya juga punya anak dan istri," tandasnya.

Diketahui, Maxi Worotikan (55) warga Desa Sawangan, Minahasa tewas tertimpa kendaraan berat ketika sedang bekerja di Desa Tateli, Minahasa Utara, pada Jumat (8/9/2018) sekitar pukul 15.15 Wita.

Peristiwa terjadi saat  mobil alat berat yang dikendarai Maxi Worotikan tergelincir saat mencoba naik ke lokasi crusher untuk melakukan pekerjaan.

Maxi menggunakan alat berat milik  di PT Cahaya Gelora Group yang beralamat di Desa Tateli Minahasa.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved