Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Debat Capres Pamungkas: 10 Masalah Ekonomi Ini Paling Krusial

Pemilu 17 April tinggal menghitung hari. Babak terakhir Debat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Republik Indonesia cukup menentukan

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Tribunnews
Debat Capres 2019 - Kepercayaan kepada TNI 

 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Pemilu 17 April tinggal menghitung hari. Babak terakhir Debat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Republik Indonesia cukup menentukan. Debat tersebut akan mengangkat tema Ekonomi, Kesejahteraan Sosial, Keuangan dan Investasi, serta Perdagangan dan Industri.

Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) memandang, tema debat penutup tersebut cukup krusial. Pasalnya, persoalan ekonomi dan kesejahteraan sosial masih menjadi permasalahan utama di Indonesia.

Ekonom: Siapa pun presidennya, tantangan ekonomi Indonesia ke depan tidak akan mudah
Di sisi lain, sektor keuangan negara, investasi, perdagangan dan industri dinilai menjadi solusi dalam mengentaskan persoalan ekonomi dan kesejahteraan sosial yang dihadapi.

Ekonom Senior Indef Nawir Messi menyimpulkan, setidaknya ada sepuluh permasalahan krusial di bidang ekonomi yang diharapkan tersentuh dalam helatan debat Sabtu mendatang. Selain penting diangkat dalam debat, sepuluh permasalahan ini juga menjadi pekerjaan rumah yang mesti disoroti pemerintahan selanjutnya di bidang ekonomi.

Urgensi memperbaiki kuantitas dan kualitas pertumbuhan ekonomi

Indef mencatat, Indonesia mengalami pertumbuhan dengan rata-rata laju 5,27% year-on-year dalam dua dasawarsa terakhir (2000-2018). Namun untuk keluar dari jebakan status negara berpendapatan menengah (middle income trap) dan menjadi negara maju, laju pertumbuhan tersebut tidak cukup.

Selain itu, Indonesia juga menghadapi masalah kualitas pertumbuhan ekonomi. Sebab, angka kemiskinan, ketimpangan sosial, dan pengangguran masih tinggi. Porsi PDB juga masih 58,5% terkonsentrasi di Jawa dan mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir.

Daya beli stagnan di tengah inflasi yang cenderung rendah

Maret lalu, inflasi secara tahunan tercatat 2,48% year-on-year (yoy). Ekonom INDEF Eko Listiyanto, tren inflasi saat ini terbilang sangat rendah.

"Tapi, inflasi rendah itu tidak cukup mengangkat daya beli yang masih stagnan di kisaran 5%. Sangat mungkin inflasi rendah saat ini disertai dengan penurunan daya beli. Hanya saja, karena banyaknya bantalan dana bansos ke masyarakat miskin, ini tidak begitu terlihat," kata Eko.

Paradoks lainnya, menurut Eko, ialah suku bunga pinjaman yang tetap tinggi di tengah inflasi yang rendah. Lantas, ekspansi dunia usaha pun tidak ikut terakselerasi.

Daya saing kalah

Survei terhadap perusahaan-perusahaan di Jepang (The Japan Bank for International Cooperation, 2018) menunjukkan penurunan popularitas Indonesia sebagai negara tujuan investasi langsung (Foreign Direct Investment/FDI). Dalam tiga tahun terakhir ini peringkat Indonesia terus turun. Selain itu jumlah perusahaan di Indonesia juga mulai berkurang.

Di sisi lain, Vietnam justru terus menunjukkan peningkatan performa dalam menarik FDI, salah satunya dari Jepang. Berkebalikan dengan Indonesia, popularitas Vietnam bagi investor Jepang terus meningkat dalam tiga tahun terakhir.

Dilema pertumbuhan ekonomi vs impor

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved