Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Buaya Terkam Manusia

Pala Noldy: Buaya yang Terkam Deasy Dibeli dari Bitung pada 1999

Ia juga tak ingin sisa tubuh Deysi dilahap habis, ia langsung meminta izin aparat kepolisian untuk mengangkat jasad Deysi

Penulis: Alexander Pattyranie | Editor: maximus conterius
Tribun Manado
Warga melihat kolam tempat buaya yang menerkam Deysi Tuwo di Desa Ranowangko, Tombariri, Minahasa, Jumat (11/1/2019). 

TRIBUNMANADO.CO.ID, TOMBARIRI - Buaya yang menerkam Deasy ternyata dibeli dari Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara, oleh warga negara Jepang yang merupakan pemilik laboratorium pembibitan mutiara.

Hal itu diungkapkan Noldy Pinontoan, Kepala Jaga VII Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Minahasa, Sulawesi Utara, saat ditemui tribunmanado.co.id di rumahnya, Jumat (11/1/2019).

"Saya dulu kerja di situ sebagai (petugas) sekuriti," ujar Noldy.

Ia dan Deysi masuk bersamaan sekitar tahun 1999, namun ia berhenti pada tujuh tahun silam atau tepatnya pada 2011 sedangkan Deasy hingga akhir hayatnya.

Pada awal mereka bekerja, buaya itu dibeli dari Kota Bitung.

Buaya besar yang menerkam Deysi Tuwo.
Buaya besar yang menerkam Deasy Tuwo. (Tribun Manado)

Baca: Sandal Deysi Sebelah di Kandang Buaya, Sebelah di Luar, Ini Dugaan Merry Penyebab Deysi Diterkam

Baca: 9 Fakta Kasus Buaya Terkam Deasy Tuwo di Ranowangko: Kronologi, Kondisi Jasad hingga Milik WN Jepang

Baca: BKSDA Sulut akan Evakuasi Buaya Peliharaan WN Jepang yang Terkam Deasy Tuwo ke Bitung

"Saat itu berjumlah dua ekor. Masing-masing panjangnya sekitar satu meter," kata dia yang saat itu ditemani istrinya.

Noldy pun sering memberi makan kedua buaya itu hingga suatu hari seekor dari kedua buaya itu hilang.

"Karena mereka saling memangsa. Buaya laki-laki ini yang tersisa," ungkap pria yang lebih akrab disapa Pala ini.

Mendengar kabar Deasy dimangsa, ia pun bergegas menuju tempat kerjanya dulu itu.

Saat tiba, ia tak mampu melihat jenazah rekannya itu.

Kolam besar tempat buaya yang selama ini diberi makan oleh almarhumah Deysi Tuwo.
Kolam besar tempat buaya yang selama ini diberi makan oleh almarhumah Deasy Tuwo. (Tribun Manado)

Baca: Ada Buaya di Mapanget, Tim BKSDA Sulut Langsung Beraksi, Butuh Waktu Dua Jam Menangkapnya

Baca: Kapolda Sulut Terkejut Mendengar Ada Warga Ranowangko Tewas Dimangsa Buaya

Baca: Cerita Pemandi Jenazah Deasy Tuwo yang Diterkam Buaya Peliharaan, Begini Kondisi Jasad Korban

Ia juga tak ingin sisa tubuh Deasy dilahap habis, ia langsung meminta izin aparat kepolisian untuk mengangkat jasad Deysi.

Ia mengambil bambu dan pergi ke bagian lain jauh dari jasad Deasy yang mengapung untuk memancing buaya ke dekatnya.

Saat buaya menjauhi jasad Deasy menuju ke bambu yang digerakkan Pala, rekan warga lainnya menggunakan tali menarik jasad Deasy lalu mengangkat keluar dari kandang.

"Saat itu tangan kanannya masih ada," kata Pala.

Ia pun tak sanggup lagi melihat kondisi rekannya itu lalu meninggalkan TKP.

Garis polisi dipasang mengelilingi kolam tempat buaya di Desa Ranowangko, Tombariri, Minahasa, namun warga yang penasaran tetap memasuki kawasan itu.
Garis polisi dipasang mengelilingi kolam tempat buaya di Desa Ranowangko, Tombariri, Minahasa, namun warga yang penasaran tetap memasuki kawasan itu. (Tribun Manado)

Noldy menambahkan, sejak mengenalnya sampai saat ini Deasy belum berkeluarga. (Tribunmanado.co.id/Alexander Pattyranie)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved