Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Narapidana

7 Fakta Pengakuan Fadli Torindatu, Pembunuh Pasangan Pendeta di Malalayang 9 Tahun Silam

Fadli Torindatu divonis hukuman mati, kemudian mengajukan kasasi hingga mendapatkan putusan hukuman seumur hidup

Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
KOLASE TRIBUNMANADO/NIELTON DURADO
Fadli Torindatu 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Fadli Torindatu, narapidana pembunuh pasangan pendeta GPdI Petra Malalayang II, yakni Frans Koagow (64) dan Femmy Femmy Kumendong (72), di kediaman mereka, Malalayang 2, Manado, pada Sabtu (25/4/2009)

Fadli divonis hukuman mati, kemudian mengajukan kasasi hingga mendapatkan putusan hukuman seumur hidup.

Perjalanan kasus ini berbulan-bulan menghebohkan warga Sulawesi Utara karena Fadli menolak mengakui perbuatannya dan mengaitkan kasus tersebut dengan orang terdekat korban.

Baca: Fadli Torindatu, Pembunuh Pasangan Pendeta di Malalayang Ajukan Grasi dan Rindu Anaknya

Kedua korban ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan dalam posisi tertelungkup ke arah pintu kamar.

Frans mengalami luka tebasan pada leher belakang hingga nyaris terpisah dari kepala.

Sedangkan Femy tertelungkup di atas tempat. Korban mengalami tiga luka tebasan pada wajahnya.

Satu tebasan di dahi kanan hingga tulang pipi kanan, satu tebasan pada dahi atas lurus ke bawah, mengenai mata bibir hingga dada, dan satu tebasan di pipi kiri.

Fadli Torindatu kepada tribunmanado.co.id mengaku sangat menyesal atas perbuatannya tersebut:

Berikut ini fakta dari pengakuan Fadli Torindatu saat ditemuai di Lapas Manado pada Minggu (26/8/2018).:

Baca: Mengaku Menyesal, Ini Alasan Fadli Torindatu Membunuh Pasangan Pendeta di Malalayang pada 2009

1. Bunuh Korban Demi Biaya Persalinan Istri

Fadli Torindatu
Fadli Torindatu (TRIBUNMANADO/NIELTON DURADO)

Kening Fadli Torindatu tampak mengkerut ketika menceritakan aksinya yang tega menghabisi nyawa dua pendeta di Kecamatan Malalayang pada tahun 2009 lalu.

Pria bertato tersebut menarik nafas panjang ketika hendak menceritakan kejadian kelam waktu itu.

"Saya lakukan itu karena tekanan hidup," ujar Fadli dengan nada pelan

Matanya tampak kosong menatap ke jendela ketika ingin melanjutkan cerita tersebut.

"Istri saya waktu itu sudah hamil tua, dan saya tak punya biaya untuk membawanya ke puskesmas ataupun rumah sakit," beber dia.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved