Info Kesehatan
Waspada Gonore, WHO Sebut Makin Kebal Obat dan Jumlah Kasus Meningkat
Namun paling mengejutkan, banyak kasus gonore kini yang tidak mempan ditangani dengan antibiotik.
Ringkasan Berita:1.Namun paling mengejutkan, banyak kasus gonore kini yang tidak mempan ditangani dengan antibiotik.2.Temuan terbaru ini menjadi alarm serius, terutama bagi generasi muda yang menjadi kelompok dengan mobilitas tinggi dan pola hidup seksual yang dinamis.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kasus gonore belakangan meningkat jumlahnya secara global.
Namun paling mengejutkan, banyak kasus gonore kini yang tidak mempan ditangani dengan antibiotik.
Gonore atau kencing nanah adalah suatu penyakit menular seksual yang dapat terjadi pada pria maupun wanita. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria Gonorrhoeae atau Gonococcus yang terbilang sangat menular.
Baca juga: Pakar WHO Turun Tangan, Bongkar 5 Pemicu Utama Keracunan Makanan MBG: Dari Salmonella Hingga Kolera
Bakteri tersebut berbahaya karena dapat menyerang bagian dubur, serviks (leher rahim), uretra (saluran kencing dan sperma), mata, dan tenggorokan.
Itu merupakan pantauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Organisasi Kesehatan Dunia (OKD), atau dalam bahasa Inggris World Health Organization (WHO), adalah salah satu badan PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan umum internasional dan bermarkas di Jenewa, Swiss.
OKD didirikan oleh PBB pada 7 April 1948.
Direktur Jendral sekarang adalah Tedros Adhanom (menjabat mulai 1 Juli 2017). OKD mewarisi banyak mandat dan persediaan dari organisasi sebelumnya, Organisasi Kesehatan yang merupakan agensi dari LBB.
Temuan terbaru ini menjadi alarm serius, terutama bagi generasi muda yang menjadi kelompok dengan mobilitas tinggi dan pola hidup seksual yang dinamis.
Data ini dirilis bertepatan dengan Pekan Kesadaran Resistensi Antimikroba (AMR) Sedunia 2025, menekankan urgensi memperkuat deteksi dini, akses pengobatan, dan pengawasan berbasis laboratorium untuk infeksi menular seksual (IMS).
Gaya Hidup Seksual Modern dan Tantangan Baru
Berdasarkan laporan terbaru Program Pengawasan Antimikroba Gonokokal yang Ditingkatkan (EGASP), resistensi antibiotik untuk mengatasi gonore meningkat tajam dalam dua tahun terakhir.
Tren ini tidak hanya menggambarkan tantangan medis, tetapi juga menunjukkan perubahan pola interaksi sosial dan seksual masyarakat.
Menurut WHO, mobilitas yang tinggi, penggunaan antibiotik tanpa resep, dan hubungan seksual tanpa perlindungan menjadi faktor yang berkontribusi pada penyebaran strain gonore yang semakin kebal.
“Upaya global ini penting untuk melacak, mencegah, dan merespons gonore yang resistan terhadap obat serta melindungi kesehatan masyarakat di seluruh dunia,” ujar Dr. Tereza Kasaeva, Direktur Departemen HIV, TB, Hepatitis, & IMS WHO dilansir, Rabu (19/11/2025)
Angka Resistensi Meningkat Tajam, Asia Termasuk yang Terdampak
Antara tahun 2022 dan 2024, resistensi terhadap dua antibiotik utama, seftriakson dan sefiksim, melonjak signifikan, masing-masing dari 0,8 persen menjadi 5 persen dan dari 1,7 persen menjadi 11 persen.
Resistensi terhadap siprofloksasin bahkan tetap berada di angka 95 persen.
Negara-negara di kawasan Pasifik Barat, termasuk Filipina, Vietnam, Kamboja, dan Indonesia, melaporkan lebih dari setengah kasus gonore simptomatik pada pria.
Kelompok usia yang paling banyak terdampak adalah usia produktif dengan rata-rata 27 tahun.
Di dalam kelompok ini, 42 persen melaporkan memiliki banyak pasangan seksual dalam 30 hari terakhir dan 19 persen baru saja bepergian, memperkuat bukti bahwa mobilitas dan gaya hidup menjadi bagian dari risiko.
Transformasi Pengawasan: Genomik hingga Pengembangan Obat Baru
Di tengah meningkatnya resistensi, WHO memperluas pengawasan global melalui EGASP.
Pada 2024, sebanyak 12 negara berkontribusi memberikan data pengawasan, meningkat drastis dari hanya empat negara pada 2022.
WHO juga memajukan pendekatan genomik, mengurutkan hampir 3.000 sampel dari delapan negara.
Di Swedia, Pusat Kolaborasi WHO untuk AMR melakukan studi terhadap obat-obatan baru seperti zoliflodacin dan gepotidacin.
“WHO mengimbau semua negara untuk mengatasi peningkatan angka infeksi menular seksual (IMS) dan mengintegrasikan pengawasan gonore ke dalam program IMS nasional,” tambah Dr. Kasaeva.
Pentingnya Edukasi Seksual Aman untuk Milenial dan Gen Z
Lonjakan gonore resistan obat menyiratkan kebutuhan mendesak untuk memperbarui pendekatan edukasi seksual, terutama untuk generasi yang aktif secara digital dan sosial.
Edukasi mengenai kondom, pemeriksaan rutin, hingga risiko penggunaan antibiotik sembarangan menjadi bagian penting dalam perlindungan diri.
Pakar kesehatan global juga menyoroti kesenjangan data dari perempuan dan lokasi ekstragenital sehingga risiko pada perempuan, yang sering kali tanpa gejala, perlu mendapatkan perhatian lebih besar dalam edukasi dan layanan kesehatan.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
| Jangan Abaikan Gejala Kanker Serviks Ini, Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia |
|
|---|
| Jangan Abaikan Kepadatan Tulang Anak, Ini Dampaknya Menurut IDAI |
|
|---|
| Jangan Abaikan, Ini Penyebab Dominan Terjadinya Gangguan Kesehatan Mental |
|
|---|
| Jangan Abaikan Tumbuhan Sirih Cina, Berikut Manfaatnya untuk Tubuh |
|
|---|
| Cara Cegah Kanker Berdasarkan Penelitian Ahli di Harvard: Jalan Kaki, Cukup 5 Jam per Minggu |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/240125-WHO.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.