Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Info Psikologi

Pacaran Terlalu Lama Justru Tak Baik? Simak Penjelasan Psikolog

Rasa nyaman dan kebiasaan bersama yang terbentuk selama bertahun-tahun sering kali menimbulkan ilusi kedekatan emosional. 

Editor: Alpen Martinus
(tribunnews.com)
PACARAN- Ilustrasi hubungan pacaran. Ini dampak pacaran terlalu lama. 

Ringkasan Berita:1.Psikolog Klinis Ayu Mas Yoca Hapsari, M.Psi., Psikolog mengungkap, lamanya durasi pacaran justru bisa menjadi jebakan yang membuat seseorang bertahan dalam hubungan yang sebenarnya tidak sehat.
 
2.Rasa nyaman dan kebiasaan bersama yang terbentuk selama bertahun-tahun sering kali menimbulkan ilusi kedekatan emosional. 
 
3.Hubungan jangka panjang yang tidak disertai dengan komunikasi dan penyelesaian konflik yang baik berisiko menjadi rapuh di kemudian hari. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Pacaran dalam jangka waktu yang cukup lama tidak menjamin akan berujung di pelaminan.

Pacaran adalah periode perkenalan antara dua individu sebelum perkawinan atau hubungan romantis de facto.

Pacaran secara tradisional dapat dimulai setelah pertunangan dan dapat berakhir dengan perkawinan.

Baca juga: Sosok Alvi Maulana, Pelaku yang Tega Habisi Nyawa Kekasihnya, Sudah Pacaran 5 Tahun dengan Korban

Pacaran mungkin hal informal dan privat antara 2 orang atau mungkin hal publik, atau berupa perjodohan dengan persetujuan keluarga.

Dulu, waktu pertunangan formal, peran pria adalah untuk "merayu" seorang wanita dan mengajak dia untuk memahami prianya dan pertimbangan dia terhadap lamaran perkawinan.

Terkadang justru ada yang menikah dengan orang lain pada akhirnya.

Itu juga tak menjamin  bahwa pasangan telah saling mengenal dan cocok satu sama lain. 

Psikolog Klinis Ayu Mas Yoca Hapsari, M.Psi., Psikolog mengungkap, lamanya durasi pacaran justru bisa menjadi jebakan yang membuat seseorang bertahan dalam hubungan yang sebenarnya tidak sehat.

“Hubungan yang lama bertahan itu bisa jadi bukan karena saling kenal secara mendalam, tapi karena sudah terbiasa dan enggan memulai lagi dari awal,” jelas Ayu saat diwawancarai Kompas.com, Selasa (4/11/2025).

Rasa nyaman dan kebiasaan bersama yang terbentuk selama bertahun-tahun sering kali menimbulkan ilusi kedekatan emosional. 

Padahal, menurut Ayu, hal tersebut belum tentu menandakan hubungan yang benar-benar kuat atau sehat.

 “Rasa nyaman di dalam hubungan yang sudah familiar seringkali disalahartikan sebagai kecocokan. Hubungan yang seperti ini, ketika masuk ke pernikahan bisa goyah,” katanya.

Kurang kedekatan emosional dan pola konflik yang tidak sehat

Psikolog yang berpraktik di Bali ini menjelaskan, hubungan jangka panjang yang tidak disertai dengan komunikasi dan penyelesaian konflik yang baik berisiko menjadi rapuh di kemudian hari. 

“Sebab, tidak ditopang dengan kedekatan yang cukup baik, penyelesaian konflik belum cukup matang. Ini berpotensi untuk memicu konflik ke depannya,” ujar Ayu.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved