Digital Activity
Wawancara Eksklusif dengan Stafsus Gubernur Sulut Farist Soeharyo: Strategi Membangun Pemuda Tangguh
Tema podcast yang dibahas di studio Tribun Podcast, Kamis (16/10/2025). adalah pemuda tangguh untuk Sulut maju dan berkelanjutan.
Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Farist Soeharyo: Jadi kalau menurut saya, pemuda tangguh itu tidak hanya sekedar kuat secara fisik ya, tetapi bagi saya dia juga harus kuat secara mental, secara sosial, maupun moral.
Kenapa demikian? Karena itulah yang hari ini kita butuhkan di Sulawesi Utara. Jadi seorang pemuda yang ketika dia kuat secara mental, itu berarti dia terbebas dari hal-hal yang sifatnya dia bisa melakukan inovasi-inovasi.
Atau bisa saya sebut dia bisa lebih mandiri ya. Artinya dia tidak menunggu kesempatan datang, tapi dia yang menciptakan peluang-peluang itu datang untuk dirinya. Seperti mungkin kita melihat banyak di beberapa pelosok, karena kami bermitra dengan dinas pemuda olahraga, dan kemarin sempat melakukan kegiatan kewirausahaan pemuda, kami melihat sosok-sosok yang hadir itu mereka menciptakan peluang.
Jadi mereka tidak menunggu kesempatan. Ada yang membuka mulai dari sektor pertanian, kemudian peternakan, artinya mereka UMKM. Jadi mereka berbisnis dan berusaha untuk menguatkan mental mereka untuk ekonomi dari sisi itu dan lain sebagainya.
Jadi kurang lebih bagi saya secara moral, pemuda-pemuda tangguh itu tidak hanya hadir di lorong-lorong, kemudian mereka menjadi pengangguran dan seperti itu, tapi mereka harus aktif dan produktif di dalam aktivitas kepemudaan mereka, sehingga menjadi bagian dari subjek pembangunan provinsi Sulawesi Utara. Itu beberapa ciri khas orang disebut pemuda tangguh ya.
Jumadi Mappanganro: Nah pertanyaan berikutnya, apa yang perlu dipersiapkan pemuda, khususnya di Sulawesi Utara, menyambut era Indonesia Emas 2045?
Farist Soeharyo: Bagi saya Indonesia Emas 2045 itu tidak hanya sekedar cita-cita atau target ya, tapi ada sebuah momentum besar, di mana kalau kita melihat Indonesia Emas 2045, maka yang kita harapkan di era itu, atau saat kita mencapai era itu, kualitas SDM yang kita miliki di Indonesia ini sudah mumpuni.
Dan itu tentu saja kita harapkan hadir juga di para pemudanya, apakah dari sisi karakternya, apakah dari sisi kompetensinya, atau bahkan dari sisi koneksi ke globalnya, atau konektivitas globalnya.
Mengapa? Karena hari ini kita melihat dunia digital ya, dunia digitalisasi yang begitu pesat, melejit ya. Kalau hari ini mungkin kita kenal generasi alpha, itu masih bermain dengan sosial media, bisa jadi nanti generasi beta, di tahun-tahun selanjutnya, mungkin 2026 ke atas, mereka sudah bermain dengan teknologi otomatisasi atau AI.
Yang mana berarti generasi muda di saat hari ini, itu harus memiliki kompetensi di bidang itu. Sehingga ketika mencapai 2045, mereka betul-betul lemas dari sisi mereka memiliki keterampilan, memiliki kapasitas untuk bisa memahami dunia digital, literasi digital, dan kemudian mereka terkoneksi dengan, atau pintar mengkoneksikan diri dengan internasional, kurang lebih seperti itu.
Jumadi Mappanganro: Kak Faris, ini kalau kita lihat di era sosial media yang sangat mudah sekarang, dimana-mana semua sudah kira-kira punya media sosial. Tapi di sisi lain, kita lihat di daerah ini Sulawesi Utara, tidak sedikit kasus yang katakanlah bunuh diri, atau yang mengakhiri hidupnya, itu masih tergolong anak muda. Nah, fenomena ini menurut Bung Faris, apa sih yang dialami oleh anak muda saat ini?
Farist Soeharyo: Jadi memang tantangan hidup yang dihadapi, bukan hanya komunitas para pemuda sebenarnya, secara umum kita melihat dunia sedang keras-kerasnya.
Jadi tantangan hidup ini hari ini semakin keras, sehingga itu tantangan-tantangan inilah yang kemudian harus dihadapi, termasuk diantaranya para pemudanya. Bagi saya, dua hal yang perlu kita lakukan secara edukasi.
Jadi pertama, kita perlu secara preventif melakukan pencegahan-pencegahan secara preventif itu. Jadi kita mungkin perlu mengkampanyakan tentang kesehatan mental ini masuk di ruang-ruang publik.
Apakah itu di... biasanya ruang-ruang publik para pemuda itu kampus, sekolah, kemudian di komunitas-komunitas di mana mereka bergaul, di lingkungan, bahkan sampai di lingkungan keluarga mereka.
| Pesenam Cilik Sulut Faith Amoreiza Bawa Tiga Emas dari Filipina, 'Selalu Andalkan Tuhan' |
|
|---|
| Wawancara Eksklusif Bersama Jemmy Asiku: Melihat Peluang dan Potensi Dagang–Industri Sulawesi Utara |
|
|---|
| Wawancara Eksklusif: Michaela Paruntu Sebut Gaji DPRD Sulut Normal, Disesuaikan dengan APBD |
|
|---|
| 2 Utusan Sulut ke Ajang Miss Teenager Indonesia 2025 Siap Bertarung di Jakarta |
|
|---|
| Sentra Medika Hospital Pelopori Wisata Medis dan Budaya di Sulawesi Utara |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.