TPPO di Sulut
Stop TPPO, Warga Sulut Kini Punya Komunitas Lingkungan Peduli TPPO
Komunitas ini mengajak masyarakat aktif melapor jika melihat ciri-ciri perekrutan mencurigakan.
Penulis: Ferdi Guhuhuku | Editor: Erlina Langi
Tiga calon PMI yang diamankan berinisial C.M.W (21) asal Desa Kali Jaga III, S.G.W (37) asal Desa Warembungan, dan J.A.S.T (19) asal Desa Kali Jaga II, Kecamatan Pineleng. Mereka rencananya akan terbang menggunakan pesawat Air Asia QZ 701 tujuan Jakarta.
Setelah pemeriksaan dokumen, ditemukan sejumlah indikasi adanya dugaan TPPO. Ketiganya kemudian diserahkan kepada BP3MI untuk mendapat pendampingan awal.
Kapolsek Bandara, Ipda Masry, S.Sos menegaskan bahwa patroli ini adalah bentuk komitmen kepolisian dalam melindungi masyarakat Sulut dari praktik perekrutan tenaga kerja ilegal.
“Kami akan terus memperketat pengawasan dan berkolaborasi dengan stakeholder agar warga tidak mudah terjerumus menjadi korban perdagangan orang,” ungkapnya.
Langkah pencegahan ini juga memperlihatkan soliditas sinergi antara Polri, BP3MI, dan pengelola bandara dalam menjaga keselamatan warga sekaligus memperkuat upaya pemberantasan TPPO di Sulut.
Pengakuan Puluhan Warga Sulut yang Dicegat Polisi
Pada awal September 2025, puluhan calon pekerja ilegal asal Sulawesi Utara yang mau ke Kamboja dan Thailand berhasil dicegat petugas bandara dan anggota Polsek Bandara Sam Ratulangi Manado.
Terbaru 14 warga Sulut diberhentikan petugas bandara dan polisi ketika hendak meninggalkan Manado pada Senin (8/9/2025) pagi menggunakan maskapai penerbangan Air Asia.
Mereka dihentikan polisi berkat adanya laporan dari keluarga terkait keberangkatan ke luar negeri untuk bekerja sebagai scammer.
Dalam proses interogasi terungkap bahwa tujuan mereka untuk bekerja di Kamboja dan Thailand
Ada yang mengaku berangkat diam-diam tanpa izin suami, ada yang meninggalkan anak pada orang tua, bahkan ada yang berangkat bersama pasangan dengan keyakinan akan sukses di negeri orang.
Di antara belasan orang tersebut, ada sosok wanita sebut sajak Bubid (36), warga Wonasa Singkil Manado yang terus-menerus menutupi wajahnya dengan tissu.
Pengakuannya begitu menyita perhatian karena ia bukan orang tanpa keterampilan. Bubid adalah seorang bidan lulusan D3 dari sebuah kampus kesehatan di Manado.
Sejak kuliah tahun 2015, ia bercita-cita membantu orang lain melalui profesinya. Namun, setelah lulus, peluang kerja tidak seindah harapan.
Sudah bertahun-tahun memasukkan lamaran kerja ke berbagai rumah sakit, puskesmas hingga layanan kesehatan ternama di Sulawesi Utara, namun hanya ada satu klinik kecil milik swasta yang menerimanya. Itupun gajinya Rp 700 ribu per bulan.
Dengan gaji Rp 700 ribu per bulan menurut Bubid, upah ini tak cukup untuk menghidupi dirinya dan orangtuanya.
Lolos di Manado, Digagalkan di Cengkareng, 2 Pemuda Sulut Selamat dari Jerat TPPO |
![]() |
---|
Sulut Zona Merah TPPO, Pengamat Minta Pemerintah Tak Hanya Jadi 'Pemadam Kebakaran' |
![]() |
---|
Sulawesi Utara Zona Merah TPPO Kamboja, Louis Schraam: Jangan Lelah Lakukan Mitigasi |
![]() |
---|
Sulawesi Utara dan Sumut Zona Merah TPPO ke Kamboja, Ini Sebabnya Menurut Kementerian BP2MI |
![]() |
---|
Akhirnya Terungkap Negara yang Jadi Pintu Masuk TPPO Sulut ke Kamboja, Ini Modusnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.