Kasus Narkotika di Sulut

216 Gram Sabu Gagal Beredar di Sulut, Tersangka Pengedar Asal Sulteng Ditangkap di Bolmong

Penulis: Rhendi Umar
Editor: Rizali Posumah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DITANGKAP - Barang bukti sabu yang disita dari tersangka. Tim Opsnal Subdit I Ditresnarkoba Polda Sulawesi Utara (Sulut) mengungkap tindak pidana narkotika jenis sabu, di Jalan Trans Sulawesi, Kabupaten Bolaang Mongondow, pada Senin (25/8/2025).

Peningkatan dopamin yang mendadak inilah yang membuat pengguna merasa sangat bersemangat, bertenaga, dan percaya diri dalam jangka pendek.

Namun, efek "senang" ini hanyalah ilusi sesaat yang diikuti oleh berbagai dampak buruk, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Efeknya bisa menghancurkan kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosial.

Dampaknya bagi tubuh adalah:

Kerusakan orang tubuh termasuk jantung, hati dan paru-paru.

Menekan nafsu makan berlebihan dan dapat menyebabkan penurunan berat badan yang ekstrem hingga  kekurangan gizi.

Masalah Kulit dan Gigi, seperti kulit kering, kusam, dan penuaan dini.

Selain itu, kondisi yang dikenal sebagai "meth mouth" menyebabkan gigi berlubang parah, patah, bahkan tanggal karena mulut kering dan kebersihan yang buruk.

Sabu juga melemahkan sistem imun, membuat pengguna lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit menular, seperti HIV/AIDS dan hepatitis, terutama jika menggunakan jarum suntik secara bergantian.

Dampak pada Kesehatan Mental dan Otak

Gangguan Mental: Sabu memicu berbagai masalah kejiwaan, termasuk halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata), paranoia (ketakutan yang tidak rasional), kecemasan, depresi, dan psikosis.

Gejala-gejala ini bahkan bisa bertahan lama setelah berhenti menggunakan sabu.

Perubahan Struktur Otak: Penggunaan jangka panjang mengubah struktur dan fungsi otak secara permanen, terutama pada area yang mengendalikan memori, pengambilan keputusan, dan emosi.

Ini menyebabkan kesulitan dalam berpikir jernih, mengingat sesuatu, dan mengelola perasaan.

Kecanduan Parah: Sabu sangat adiktif. Toleransi tubuh terhadap sabu akan meningkat, membuat pengguna membutuhkan dosis yang lebih tinggi dan lebih sering untuk mendapatkan efek yang sama.

Jika berhenti, mereka akan mengalami gejala putus obat (sakau) yang parah, seperti kelelahan ekstrem, depresi, dan keinginan kuat untuk kembali menggunakan sabu, yang menjebak mereka dalam siklus kecanduan. (Ren)

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

 

 

 

 

Berita Terkini