“Misalnya, ada jemaah haji lansia yang sudah tidak bisa jalan jauh, ya harus ditolong dan dibantu petugas dengan menggunakan kursi roda,” tambahnya.
Bahkan ia juga meminta petugas kesehatan yang di kloter untuk mengawasi betul jamaah haji lansia khususnya yang memiliki resiko tinggi di kloternya.
“Minimal 3x1 minggu dilakukan pemeriksaan atau medical check-up. Kondisinya seperti apa, itu untuk deteksi dini kondisi masing-masing jamaah,” paparnya.
Petugas kesehatan, kata Liliek, wajib memiliki catatan atau riwayat kondisi terakhir masing-masing jamaah lansia yang ada di kloternya.
“Harus diawasi dan dikawal betul sampai menjelang puncak haji. Semuanya dicek, jadi jangan sampai dipaksa jika kondisinya tidak memungkinkan,” terangnya.
Menurut Liliek, itu salah satu upaya menekan angka kematian jamaah. Sebab berdasarkan data yang ada, angka kematian jamaah tinggi pasca puncak haji. “Haji itu ibadah fisik. Jadi memang perlu kekuatan dan semangat tinggi untuk bisa mengikuti rangkaian ibadah haji,” tutupnya
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id