Bruder yang biasa dipanggil Br Pangky itu adalah seorang perawat yang bekerja keras siang dan malam di poliklinik.
Berkat promosi panggilan Sr Gabriela untuk memperkenalkan kongregasi CSD itu, maka ada sembilan anak muda dari Flores yang ingin melamar menjadi bruder CSD.
Namun lamaran itu tidak bisa diterima karena CSD sudah hampir punah dan tidak ada tenaga untuk membina para postulan dan novis.
Akhirnya Br Han dan Sr Gabriela dan juga atas dukungan dari Br Amatus CSD, Pemimpin Umum di Belanda, memohon kepada Uskup Manado untuk memulai tarekat baru tingkat keuskupan dan dimulai di Tomohon tanggal 20 September 2001.
Awalnya BTD meminjam rumah uskup dari tahun 2001-2017 sebagai tempat pembinaan tarekat baru itu.
Rumah di samping SMP Gonzaga itu dahulu tempat tinggal Uskup Nicholas Verhoeven MSC.
Sekarang tarekat BTD sudah punya rumah pembinaan sendiri di Matani.
Rumah dengan biaya pembangunan Rp 3,2 miliar itu dibangun murni sumbangan dari Belanda atas bantuan bruder-bruder CSD.
Selama ini mereka memiliki 3 komunitas. Dua rumah biara di Kota Tomohon dan satu di Desa Woloan.
Ada komunitas Santo Yoseph di Woloan, Komunitas Hesseveld di Matani dan Komunitas Dolorosa di Matani sebagai rumah pembinaan.
Tahun 2018, BTD melayani umat di Tompaso Baru dan membuka komunitas di Ranoyapo.
Ada pula bruder yang diutus menjaga asrama di kampus Universitas Katolik De La Salle Manado.
Pulang ke Belanda
Br Han pernah menjadi konsuler atau perwakilan Kedutaan Belanda di Manado, tahun 1989.
Pada tahun 2007, Kerajaan Belanda menganugerahkan penghargaan Oranje Nassau kepada Br Han.
Penghargaan yang dimulai pada 1892 tersebut diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki jasa istimewa bagi masyarakat.
Pengabdian Br Han untuk Indonesia, Sulawesi Utara, dan Kota Tomohon, berakhir pada 2017.
Pada tanggal 4 April 2017 ia kembali ke Belanda setelah 48 tahun berkarya sejak di Merauke, atau 42 tahun berkarya di Sulawesi Utara (Tomohon).
Kepulangannya meninggalkan karya kasih yang tak akan terlupakan bagi banyak warga dan tak dapat terbalaskan oleh anak-anak penderita cacat berat.
Selamat jalan, Bruder Han, terima kasih atas karya kasihmu. (*)
Baca juga: Begini Penjelasan Pakar Imunisasi Soal Vaksin Tak Jamin 100 Persen Bebas Covid-19
Baca juga: Keluarga Kapten Didik Singkirkan Karangan Bunga Hingga Matikan TV, Berharap Pilot Masih Hidup
Baca juga: KPK Selidiki Kasus Toilet Sekolah Rp 96,8 Miliar