Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

Kisah Amir Syarifuddin, Pejuang Tiga Zaman: Kolonial, Jepang, dan Revolusi RI

ejarah kerap mengingat Amir Syarifudin lewat kontroversinya, seperti penandatanganan Perjanjian Renville hingga Peristiwa Madiun.

Editor: Rizali Posumah
Dok. Pemprov Sulut
GUBERNUR SULUT - Poster Pemprov Sulut. 

Perjuangan dan Karier Politik

Ketika Jepang menyerbu Hindia Belanda, Amir mendorong garis Komintern: menyatukan kaum kiri dan kekuatan kapitalis untuk melawan fasisme.

Sikap ini membuatnya dicurigai oleh Jepang.

Januari 1943, ia ditangkap, dipenjara di Surabaya dan Malang, serta mengalami penyiksaan berat.

Ia divonis mati, namun hukuman itu diubah menjadi penjara seumur hidup berkat desakan kawan-kawannya.

Amir baru bebas setelah Jepang menyerah pada 1945.

Pasca kemerdekaan, Soekarno mengangkatnya sebagai Menteri Penerangan, lalu Menteri Pertahanan dalam Kabinet Sjahrir.

Amir juga membentuk Partai Sosialis Indonesia (Parsi) yang bersifat terbuka, anti-fasis, dan anti-kultus individu.

Parsi kemudian bergabung dengan Partai Rakyat Sosialis (Paras) bentukan Sutan Sjahrir, melahirkan Partai Sosialis.

Namun, perbedaan pandangan soal Perjanjian Linggajati memecah koalisi ini.

Sjahrir mundur, dan pada Juli 1947, Amir diangkat menjadi Perdana Menteri.

Tragedi Madiun dan Akhir Hayat

Jabatan itu tak berlangsung lama. Pada Januari 1948, Amir lengser.

Setahun kemudian, pecah Peristiwa Madiun.

Pemerintah menuduh PKI berupaya membentuk negara komunis.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved