Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

KM Barcelona Alami Musibah

5 Fakta Dampak Insiden KM Barcelona: 6 Kapal PT SPI Tak Beroperasi, ABK Dirumahkan

Aktivitas pelayaran enam kapal milik PT Surya Pacific Indonesia untuk sementara dihentikan. Kondisi ini terjadi usai pembekuan dokumen.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Rizali Posumah
Tribun Manado/Ferdi Guhuhuku
SANDAR - Kapal milik PT Surya Pacific Indonesia yang sandar di Pelabuhan Manado Sulawesi Utara, Minggu 3 Agustus 2025. Document Of Compliance (DOC) dari PT Surya Pacific Indonesia yang dibekukan pihak Kementerian berdampak terhadap para anak buah kapal (ABK). 

Para ABK berharap agar kapal segera bisa kembali beroperasi, sebab pekerjaan tersebut menjadi satu-satunya sumber penghasilan bagi keluarga mereka.

"Semua berharap kapal bisa berlayar kembali karena ada keluarga di rumah yang dinafkahi.

Jadi kami mohon bantuan doa dari masyarakat agar masalah ini bisa cepat selesai," kata Ralstynmas.
 
5. Menunggu Keputusan Perusahaan, Situasi Masih Mengambang

Sampai berita ini diturunkan, belum ada kepastian kapan kapal-kapal tersebut bisa kembali melaut.

Seluruh kru kapal masih menanti kejelasan.

"Untuk saat ini kapal kita parkir di Pelabuhan Manado sampai kembali diizinkan beroperasi lagi."

"Tentunya berdampak bagi kami yang bekerja, karena ini satu-satunya mata pencaharian kami," pungkasnya.

Data dan Kronologi

KM Barcelona VA sedianya berangkat dari Pelabuhan Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Sabtu (19/7/2025) pukul 18.00 WITA. 

Karena cuaca ekstrem, kapal tujuan Pelabuhan Manado ini baru bisa berangkat Minggu (20/7/2025) dini hari.  

Namun saat berada di perairan dekat Pulau Talise dan Pulau Gangga, Kabupaten Minahasa Utara, Minggu (20/7/2025) sekitar pukul 13.00 WITA, KM Barcelona VA terbakar.

Lokasi kejadian dengan Pelabuhan Manado berjarak kurang lebih 20 mil atau sekira 1 jam lagi tiba. 

Karena api makin membesar, para penumpang kapal berlompatan ke laut. Sebagian besar mendapat baju pelampung. 

Namun tak sedikit penumpang lainnya tak kebagian life jacket. Termasuk sejumlah anak-anak dan perempuan. 

Para korban kemudian ditolong para nelayan asal Pulau Gangga, Pulau Talise dan Likupang. Mereka bolak-balik mengangkut korban dari laut ke pulau terdekat. 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved