Opini
Echo Chamber dan Ancamannya Terhadap Kebebasan Berpikir Manusia
Echo Chamber dan Ancamannya Terhadap Kebebasan Berpikir Manusia dalam Perspektif John Stuart Mill: On Liberty
Ketersediaan ruang uji dalam kapasitas luas, atas ide dan opini yang diyakini manusia harus diberikan kepada setiap individu seluas-luasnya, selama tak mendatangkan kerugian atas individu lain, dengan maksud agar manusia dapat menegaskan individualitas dirinya lewat keyakinan yang dapat dipertanggungjawabkan secara objektuif.
Dengan kata lain, pemaknaan atas kebenaran membutuhkan senantiasa ruang-ruang diskusi dan perdebatan yang terbuka lebar.
Ancaman Eco Chamber atas Kebebasan Berpikir Manusia
Fenomena echo chamber dalam konteks kebebasan berpikir manusia berpotensi akibatkan ancaman sebagai berikut:
1) Polarisasi dan Stagnasi Moral: Pada tahun 2015, pada jurnal Pshycological Science, volume 26, edisi 10 diterbitkan sebuah hasil penelitian yang dibuat oleh Pablo Barberá, dkk, berjudul “Tweeting From Left to Right: Is Online Political Communication More Than an Echo Chamber”.
Melalui penelitian yang dibuat, mereka menemukan bahwa kecenderungan pengguna media sosial dalam membentuk komunitas homogen guna memperkuat pandangan politik, mengurangi sungguh jalannya lalu lintas ideologi.
Individu karenanya secara tahu dan mau menutup semua ruang yang lewatnya kesempatan untuk menguji keyakinan dapat diusahakan.
Stagnasi moral lantas tak terhindarkan dan terwujud dalam kekakuan persepsi hingga penolakan atas segala bentuk refleksi kritis yang berpotensi mempengaruhi keyakinan dan mengubah pandangan pribadi.
Dogmatisasi kemudian membuka lebar ruang fragmentasi social, sehingga muncul rasa saling tidak percaya antar kelompok.
Jika fenomena ini dipandang dalam sudut pandang kebebasan berpendapat John Stuart Mill, polarisasi opini dan ide dalam echo chamber memberi ancaman serius pada kebebasan berpikir dan berpendapat manusia, karena menghambat proses pengujian kebenaran, khususnya lewat debat.
Tanpa berhadapan dengan opini dan ide yang berlawanan, kebenaran tak pernah dapat ditemukan dan diperkuat, bahkan lebih dari itu kebijakan moral seperti empati dan toleransi yang esensial untuk keharmonisan masyarakat pun gagal dikembangkan.
2) Matinya Inovasi Sosial: Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, atas salah satu cara memberikan kepada individu dan komunitas sosial dimana diri berada, ruang-ruang inovasi sosial dengan maksud menghantar manusia pada cara-cara baru dalam memahami kebenaran secara objektif.
Tentang ini John Stuart Mill memperingatkan bahwa penemuan atas kebenaran harus senantiasa digarisbawahi sebagai hasil dari perpaduan antara pandangan-pandangan yang berbeda. Sayangnya proses ini terhambat bahkan berpotensi mati karena pengaruh echo chamber karena tertutupnya individu pada akses terhadap opini juga ide alternatif yang berbeda dengan opini dan ide pribadi.
Kebebasan berpikir dalam konteks ini tak hanya dibatasi oleh John Stuart Mill sebagai kebebasan berpendapat saja, melainkan juga perihal kebebasan untuk mendengarkan dan mempertimbangkan setiap opini dan ide yang berbeda dari keyakinan individu.
Eksistensi echo chamber yang menyebabkan polarisasi ide juga fragmentasi kelompok, menempatkan individu dalam konformitas intelektual semu yang membutakan mata sehingga otonomi sebagai pribadi hilang; entah disadari atau tidak disadari.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.