Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Warga Sulut di Kamboja

Nasib Puluhan Warga Sulut di Kamboja, Telantar di KBRI Tanpa Kepastian Pulang

Kini, ada sekitar 24 warga yang dikabarkan telantar di depan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kamboja.

|
Tribunmanado.co.id/Dok. Relawan Kemanusiaan Kamboja
WNI DI KAMBOJA - WNI asal Sulawesi Utara yang masih di Kamboja. Mereka menunggu kepastian pulang ke Indonesia di depan KBRI. Puluhan warga Sulut korban perusahaan online scam masih telantar di Kamboja hingga Rabu (11/3/2025). 

TRIBUNMANADO.COM - Puluhan warga Sulawesi Utara (Sulut) masih terjebak di Kamboja setelah menjadi korban penipuan oleh perusahaan online scam.

Kini, ada sekitar 24 warga yang dikabarkan telantar di depan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kamboja.

Mereka terpaksa tidur di luar gedung dan mengandalkan uang kiriman keluarga untuk bertahan hidup.

Relawan Kemanusiaan Kamboja, Christie Saerang, yang setiap hari berkomunikasi dengan para korban, menyampaikan bahwa belum ada bantuan untuk memulangkan mereka.

Sementara itu, pemerintah Sulawesi Utara (Sulut) hingga kini belum memberikan keterangan resmi terkait nasib mereka.

"Para korban sudah berbulan-bulan menunggu kepastian untuk pulang. Tetapi sampai sekarang belum ada bantuan dari pemerintah," ujar Relawan Kemanusiaan Kamboja, Christie Saerang, Selasa (11/3/2025).

Saerang kini membuka donasi Mapalus untuk membantu memulangkan para korban.

"Saatnya rakyat bantu rakyat, mari kita bantu sebagai sesama atas dasar kemanusiaan. Mari torang Mapalus untuk memulangkan mereka dari Kamboja agar bisa bertemu dengan pihak keluarga," ujar Christie.

Donasi dibuka melalui rekening BCA 5533015947 a/n Christie Marissa Saerang.

"Mewakili pihak keluarga sebelumnya sangat berterima kasih kepada semua bapak-ibu yang sudah membantu. Semoga kita sehat-sehat dan dilancarkan dalam segala usaha," pungkasnya.

Diketahui, para korban awalnya direkrut oleh agen-agen di Sulut.

Mereka dijanjikan pekerjaan sebagai admin dan client service, dengan gaji besar.

Namun, setibanya di Kamboja, mereka dipaksa untuk melakukan penipuan online.

Selain tak digaji, para korban juga sering mendapat kekerasan.

Mereka dipukul dan disetrum oleh pihak perusahaan jika menolak untuk mengikuti perintah.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved