STF Seminari Pineleng
Tiga Pakar Ulas Pendidikan di Seminar Internasional Dies Natalis Ke-70 STF Seminari Pineleng
Tiga pakar pendidikan menjadi pembicara dalam seminar internasional di Kampus Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng
Penulis: maximus conterius | Editor: maximus conterius
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Tiga pakar pendidikan menjadi pembicara dalam seminar internasional di Kampus Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STFSP), Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, Sabtu (10/8/2024).
Dua pakar dari Saint Louis University, Filipina, yakni Dr Rico Casta Jacoba Ph.D dan Dr Jeraime N Molino Ph.D. Satu pakar lainnya yakni Dr Yohanes Haryatmoko SJ, dosen di Universitas Katolik Sanata Dharma Yogyakarta.
Adapun dosen STFSP Dr Ignatius Welerubun memandu sebagai moderator. Seminar ini mengangkat tema ‘Berakar dalam Budaya, Berkomitmen dalam Misi’.
Dalam pembahasannya, Haryatmoko mengangkat soal budaya dalam lembaga pendidikan calon imam. Ia menyoroti soal perubahan besar dalam pembinaan dan pendidikan. Satu di antaranya karena perkembangan teknologi.
Ia juga memberikan beberapa metode pembelajaran. Satu di antaranya untuk menganalisis kehidupan sosial.
Ditanya soal kesulitan dalam mendidik Generasi Z, Haryatmoko meminta untuk menyesuaikan. "Banyak metode pembelajaran yang bisa dibuat," ujarnya.
Pembicara lainnya yakni Rico Casta Jacoba membahas soal kesulitan yang dihadapi pendidikan Katolik. Satu di antaranya ialah kesulitan menjaga identitas.
"Kita tetap harus menjaga identitas di tengah kesulitan untuk bertahan," katanya.
Sementara Jeraime Molino yang akrab dipanggil ‘Mam J’ memberikan penjelasan soal feminisme. Setelah memaparkan berbagai teori, ia mengusulkan feminisme juga dimasukkan dalam kurikulum.
"Termasuk ekofeminisme," ujarnya.

Sebelumnya, dalam rangkaian dies natalis, STFSP juga menggelar seminar nasional pada 8 Juni 2024 lalu. Seminar ini menghadirkan Prof Dr Ir Agustinus Purna Irawan, Rektor Universitas Tarumanegara.
Agustinus yang akrab dipanggil Prof API mengangkat soal iklim ilmiah yang dibangun di kampus. Termasuk di antaranya kebiasaan membuat jurnal internasional atau jurnal kampus.
"Mahasiswa Tarumanegara diperbiasakan memasukkan artikelnya ke jurnal," katanya.
Ia meminta kampus juga untuk terbiasa mengikuti regulasi pemerintah.
Penanggap dalam seminar ini ialah dosen STFSP, Dr Paul Richard Renwarin dan Dr Gregorius Hertanto Dwi Wibowo. Mereka dipandu dosen STFSP Hermas Asumbi SS SSL sebagai moderator.
Paul Richard yang akrab dipanggil Pastor Cardo mengangkat soal kebiasaan kampus dalam perspektif budaya. "Masih ada mentalitas petani. Istirahat sesudah panen," katanya.
Adapun Romo Hertanto mengangkat soal pengalamannya menjadi Ketua STFSP. Ia berusaha menciptakan iklim ilmiah dan patuh pada regulasi.
"Dosen-dosen muda sangat bersemangat untuk itu," tuturnya.
Selain seminar, rangkaian Dies Natalis Ke-70 STFSP juga diisi dengan sejumlah kegiatan. Di antaranya lomba logo dies natalis dan lomba karya tulis.
STFSP juga menghadirkan program S-2 untuk filsafat. Program ini diharapkan menjadi kado terindah bagi Dies Natalis Ke-70 STFSP.
Acara puncak pada 15 Agustus mendatang akan diisi dengan misa syukur. Sebelumnya akan dilaksanakan Vesper Mulia dan temu alumni.
STFSP juga akan menghadirkan pentas seni. Selanjutnya, penggalangan dana untuk gedung S-2 akan dibuat beberapa bulan sesudah acara puncak. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.