STF Seminari Pineleng
Sejarah Baru, STFSP Luncurkan Program Magister Filsafat, Terbuka untuk Umum
STFSP menghadirkan program magister filsafat dengan menyediakan Program Studi Filsafat Moral Budaya serta Filsafat Keilahian
Penulis: maximus conterius | Editor: maximus conterius
TRIBUNMANADO, Manado - Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STFSP) memulai langkah bersejarah dengan membuka program magister filsafat.
Pemukulan gong oleh Uskup Keuskupan Manado Mgr Benediktus Estephanus Rolly Untu MSC disaksikan Pelaksana Tugas Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara Vera Maya Pinontoan menandai peluncuran program pascasarjana itu pada Jumat (15/8/2025) di Kampus STFSP, Pineleng Dua, Pineleng, Kabupaten Minahasa.
Peluncuran ini juga bertepatan dengan perayaan Dies Natalis Ke-71 STFSP.
Acara peluncuran program studi ini juga dihadiri Pembimas Katolik Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Utara Joula Makarawung, anggota DPRD Kota Manado Ferdinand Dumais, Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni STFSP David Manewus, para dosen, staf, mahasiswa, alumni dan undangan lainnya.
Peluncuran yang dipandu pembawa acara kawakan Jelly Walansendow tersebut menjadi puncak acara setelah nalar peserta diuji dengan dialog interaktif dan dikuatkan dengan sejumlah sambutan.
Prof Dr Johanis Ohoitimur, satu di antara pengajar program ini, bersama Dr Paul Richard Renwarin, antropolog yang banyak meneliti Indonesia timur, sukses mengundang dialog kritis peserta dengan dipandu ahli filsafat yang juga alumnus STFSP Dr Valentino Lumowa.
Prof Yong, panggilan akrab Pastor Johanis Ohoitimur, mengibaratkan belajar filsafat sempat dipandang seperti belajar tentang seorang janda tua.
Tapi, ternyata filsafat sebagai ibu dari segala ilmu ternyata terus membantu peradaban. Banyak yang tidak menyadari itu.
“Saya dan Doktor Valen, misalnya, sejak lama turut membantu dalam perencanaan pembangunan dan pemilihan pejabat tinggi pratama di provinsi,” katanya.
Adapun bagi Pastor Cardo, sapaan Paul Richard Renwarin, kehadiran program magister itu merupakan impian lama yang mulai menjadi kenyataan.
Ia sudah memimpikan sebuah program yang mempelajari filsafat khususnya dalam perspektif budaya apalagi untuk kawasan Indonesia timur.

Kata dia, dirinya mendambakan banyaknya penelitian yang membantu masyarakat. Pemerintah juga butuh pemikiran dalam pembangunan.
“Mudah-mudahan banyak kabar baik yang merupakan arti dari Injil,” ujarnya.
Banyak peserta yang ingin ikut berdialog sampai melewati batas waktu.
Valen Lumowa selaku moderator kemudian tak membuat kesimpulan. Ia ingin nalar itu terus berbicara. “Biarkan dahulu porak-poranda,” tuturnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.