Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

HUT Polri

Sosok Berani, Jujur dan Sederhana Itu Bernama Hoegeng

Hoegeng dikenal karena kejujurannya yang luar biasa dan sikap anti-korupsi, menjadikannya sosok polisi teladan.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Gryfid Talumedun
Tribun Manado/Gryfid Joysman
Jenderal Polisi Drs. Hoegeng Iman Santoso adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dari tahun 1968 hingga 1971. Hoegeng secara historis dikenal sebagai pejabat polisi yang paling berani dan jujur di negara ini. 

Setelah pulang ke Pekalongan ia mengikuti kursus polisi yang diselenggarakan Pemerintah Jepang.

Ketika Indonesia merdeka, kariernya sebagai polisi terus menanjak sampai diangkat menjadi Kapolri pada 1968.

Bagi Hoegeng, jabatan sebagai Kapolri adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan. Ia menginginkan institusi Polri bersih dan dicintai rakyat.

Polisi tidak boleh alergi terhadap kritik. Menurutnya keluhan masyarakat yang didasarkan pada fakta sangat diperlukan untuk melakukan perbaikan.

"Saya menginginkan polisi sungguh-sungguh menjadi pelindung masyarakat, hingga masyarakat mendapat kesan bahwa mereka dapat ditolong, sekurang-kurangnya dengan nasihat," ujar Hoegeng, dilansir Harian Kompas edisi 21 Januari 1971. 

Selama menjabat Kapolri, ia dengan berani mengungkap beberapa kasus besar, seperti penyelundupan sejumlah mobil mewah dan penembakan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) oleh taruna Akabri.

Hoegeng juga berhasil mengungkap kasus pemerkosaan pedagang telur di Yogyakarta yang kemudian populer dengan nama kasus Sum Kuning.

Sikap jujur dan sederhana

Selama hidupnya, Hoegeng selalu menanamkan sikap jujur. Jabatan Kapolri di Era Orde Baru sama sekali tidak melunturkan prinsipnya.

Ia enggan menerima barang atau sesuatu yang bukan haknya.

Dalam Buku Hoegeng Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa (2009)terbitan Mizan, Aditya Soesanto menceritakan, sang ayah hanya menggunakan gaji dari kepolisian untuk menghidupi keluarga.

Hoegeng tidak mau menerima sesuatu yang bukan berasal dari gajinya sebagai polisi. Bahkan sang istri sampai membuka toko bunga di rumah untuk membantu keuangan keluarga.

"Memang kalau melihat anak-anak pejabat yang bisa apa saja dengan kekayaannya dan kekuasaanya, kadang kami juga iri. Kami juga ingin punya kendaraan bermotor atau mobil. Namun pikiran seperti itu bisa kami atasi dengan cara hidup kami yang sederhana dan tidak macam-macam," kata Aditya.

Aditya menuturkan, ketika Hoegeng menjabat Kapolri, pernah ada orang yang tiba-tiba membawa dua sepeda motor Lambretta ke rumah.

Sepeda motor tersebut diberikan oleh seorang pengusaha sebagai jatah bagi para pejabat negara.

Aditya senang karena keinginannya mempunyai sepeda motor terwujud. Namun, kesenangan itu sirna ketika Hoegeng pulang dari kantor.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved