Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

HUT Polri

Sosok Berani, Jujur dan Sederhana Itu Bernama Hoegeng

Hoegeng dikenal karena kejujurannya yang luar biasa dan sikap anti-korupsi, menjadikannya sosok polisi teladan.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Gryfid Talumedun
Tribun Manado/Gryfid Joysman
Jenderal Polisi Drs. Hoegeng Iman Santoso adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dari tahun 1968 hingga 1971. Hoegeng secara historis dikenal sebagai pejabat polisi yang paling berani dan jujur di negara ini. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Mungkin Tribunners pernah mendengar Kalimat yang menyebut hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia: polisi tidur, patung polisi, dan Hoegenh.

Kalimat itu diungkapkan oleh mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam acara "Dekonstruksi dan Revitalisasi Keindonesiaan" di Bentara Budaya Jakarta pada 31 Agustus 2006.

Ya memang perkataan itu dialamatkan kepada sosok yang bernama Hoegeng Iman Santoso.

Hoegeng dikenal karena kejujurannya yang luar biasa dan sikap anti-korupsi, menjadikannya sosok polisi teladan.

Baca juga: Kumpulan Ucapan Selamat HUT ke-78 Bhayangkara 1 Juli 2024, Berikut 50 Kata-kata Mutiara

Pada 14 Juli 2004, Indonesia kehilangan sosok polisi jujur dan sederhana, Jenderal Hoegeng Iman Santoso.

Mantan Kepala Kepolisian RI periode 1968-1971 itu mengembuskan napas terakhirnya pada usia 83 tahun akibat penyakit stroke.

Sebelum wafat, Hoegeng sempat dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Dilansir Harian Kompas edisi 15 Juli 2004, kabar meninggalnya Hoegeng membuat banyak orang berduka.

Sejumlah petinggi Polri serta tokoh nasional melayat ke rumah duka di Pesona Khayangan, Depok, Jawa Barat.

Kala itu, banyak yang menyarankan agar Hoegeng dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, sebab ia dianggap telah banyak berjasa bagi negara.

Namun pihak keluarga menolak. Hoegeng pernah berwasiat agar dimakamkan di TPU Giritama, Desa Tonjong, Kecamatan Bojonggede, Bogor, bersama dengan rakyat biasa.

"Bapak menghendaki lokasi pemakaman di tempat itu, bukan di Taman Makam Pahlawan Kalibata," kata Aditya Soesanto, putra kedua Hoegeng.

Polisi jangan antikritik

Hoegeng lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 14 Oktober 1921. Ayahnya, Soekardjo Kardjihatmodjo adalah ambtenaar, atau pegawai pemerintah Hindia Belanda.

Selepas lulus SMA, Hoegeng melanjutkan ke Recht Hoge School (Sekolah Tinggi Hukum) di Batavia.

Namun ia tidak merampungkan studinya karena Jepang menyerbu Hindia Belanda. Lantas, Ia kembali ke Pekalongan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved