Opini
Spirit Hari Amal Bhakti Kementerian Agama, Dari IAIN Manado Menuju Indonesia Emas 2045
RABU 3 Januari 2024 kita diingatan dan diajak meneropong momentum sejarah pada 3 Januari 1946, tonggak penting berdirinya Kemenag RI
Oleh: Prof Dr Ahmad Rajafi MHI
(Rektor IAIN Manado)
RABU 3 Januari 2024 kita diingatan dan diajak meneropong momentum sejarah pada 3 Januari 1946, di mana hal ini merupakan tonggak penting berdirinya Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI).
Berdasarkan Penetapan Pemerintah No 1/S.D. tanggal 3 Januari 1946 (29 Muharram 1365 H) dalam Kabinet Sjahrir II. Peringatan hari lahir Kemenag RI ini disebut dengan Hari Amal Bhakti (HAB) Kemenag RI.
Pada tahun 2024 ini, Hari Amal Bhakti (HAB) Kemenag RI mengusung tema “Indonesia Hebat, Bersama Umat” pilihan tema tersebut telah sesuai dengan suasana batin Gus Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas yang terinspirasi dari sebuah kesadaran akan pentingnya kebersamaan dan kerukunan umat dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
Apalagi, HAB ke-78 diperingati dalam suasana Pemilu. Perbedaan pilihan tidak boleh merusak kebersamaan umat. Sebab, kebersamaan umat itulah kunci menuju Indonesia hebat, demikian arahan Gus Menag RI.
Hari Amal Bakti Kementerian Agama merupakan momentum penting untuk mengapresiasi peran dan kontribusi Kementerian Agama dalam memajukan kehidupan keagamaan dan keberagaman di Indonesia.
Melalui perayaan ini, kita dapat mengenang dan menghargai berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Agama dalam memfasilitasi kegiatan keagamaan, menyelenggarakan pendidikan agama, serta menjaga dan memperkuat kerukunan antarumat beragama.
Kita patut bersyukur, perjalanan kehidupan keberagamaan sepanjang tahun 2023 lalu berjalan baik. Seperti cita-cita dan semangat 'Kerukunan Umat untuk Indonesia Hebat' pada Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama ke-77, 3 Januari 2023, dapat diimplementasikan.
Indeks kerukunan umat beragama meningkat. Kalau pada 2021 sebesar 72,39, indeks naik menjadi 73,09 pada 2022. Sementara pada 2023, indeks KUB kembali naik menjadi 76,02. Ada tiga dimensi yang dipotret, yaitu toleransi (74,47), kesetaraan (77,61), dan kerja sama (76,00).
Ini bukan sekedar hitungan angka statistik, normatif dan rigid, tetapi dalam pandangan positif. Hari Amal Bakti ke-78 kali ini menjadi ajang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya toleransi dan kerukunan antar umat beragama.
Kementerian Agama sebagai institusi negara yang bertanggung jawab dalam urusan keagamaan di Indonesia dapat menggunakan momentum ini untuk memperkuat kerjasama antar umat beragama, mengatasi perbedaan, dan membangun fondasi yang kuat untuk keberagaman dalam bingkai kebhinekaan.
Hari Amal Bakti Kementerian Agama sebagai kesempatan emas untuk memperkuat fondasi kerukunan antar umat beragama, meningkatkan kualitas pelayanan keagamaan, serta memperkenalkan inovasi-inovasi yang relevan dengan tuntutan zaman.
Dengan pendekatan inklusif, transparansi, dan partisipasi masyarakat, momentum ini dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi kemajuan kehidupan beragama di Indonesia, maka wajar mengalir berbagai penghargaan kepada Gus Menteri Agama dan Kementerian Agama atas pencapaian kerja-kerja tersebut.
Lebih lanjut, Kementerian Agama juga dapat memanfaatkan momentum Hari Amal Bakti untuk memperkuat peran pendidikan agama dalam sistem pendidikan nasional. Dengan pendekatan yang inklusif dan progresif, pendidikan agama dapat menjadi wahana untuk membentuk generasi yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai keagamaan, toleransi, serta tanggung jawab sosial.
Tentunya, keberhasilan Hari Amal Bakti juga bergantung pada partisipasi aktif masyarakat. Keterlibatan aktif masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dapat memperkuat sense of belonging terhadap nilai-nilai keagamaan dan keberagaman. Dengan demikian, perayaan ini bukan hanya menjadi milik Kementerian Agama, tetapi juga merupakan milik seluruh masyarakat Indonesia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.