Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

Natal Paling Dikenang di Perang Dunia, Tentara Jerman dan Inggris Gencatan Senjata dan Makan Bareng

Ini adalah momen ketika tentara Inggris dan Jerman yang kala itu bermusuhan dalam kancah Perang Dunia 1 sepakan gencatan senjata demi merayakan Natal.

Editor: Rizali Posumah
The Independent via Kompas.com
Natal saat Perang Dunia 1, tahun 1914, ketika pasukan dari dua negara yang berhadapan Inggris dan Jerman, melakukan genjatan senjata dan bermain sepak bola bersama. 

Parit itu juga merupakan tempat tinggal para prajurit di medan perang, tempat di mana mereka makan dan juga tidur.

Pada Desember 1914, hujan lebat selama berminggu-minggu telah mengubah parit dan medan perang yang memisahkan mereka yang bertikai menjadi rawa dingin dan berlumpur.

Harapan Benediktus adalah bahwa gencatan senjata akan memungkinkan pihak-pihak yang bertikai untuk merundingkan perdamaian.

Tapi seruan itu tidak terlalu diindahkan oleh kedua belah pihak.

Meskipun para pemimpin Eropa tidak pernah mengeluarkan perintah gencatan senjata, namun para prajurit di medan perang berpikir sebaliknya.

Prajurit Inggris dan Jerman yang pada hari-hari sebelumnya berupaya saling bunuh, justru saling berjabat tangan seperti saudara jauh ketika Natal tiba.

Momen perdamaian yang sulit dipercaya itu tercatat dalam kesaksian, surat-surat, serta buku-buku harian para prajurit Perang Dunia I.

Seorang tentara Inggris bernama J. Reading menulis surat kepada istrinya, yang menggambarkan suasana Natal di medan perang.

“Kesatuanku kebetulan berada di garis depan pada malam Natal, dan ketika itu adalah giliranku untuk berjaga di sebuah rumah kosong sampai pukul 6:30 pada pagi Natal," tulis Reading dalam suratnya.

Reading mengatakan, pada pagi hari, orang-orang Jerman mulai bernyanyi dan berteriak, semuanya dalam bahasa Inggris yang baik.

Mereka berteriak: 'Apakah Anda Brigade Senapan; apakah Anda memiliki botol minuman tersisa? Jika iya, mari kita bertemu'.

“Kemudian mereka menghampiri kami, dan Kesatuan kami pergi menemui mereka.

Aku berjabat tangan dengan beberapa dari mereka, dan mereka memberi kami rokok dan cerutu.

Kami tidak saling tembak hari itu, dan semuanya begitu damai seperti mimpi,” ungkap Reading.

Pengalaman yang sukar dipercaya itu juga diungkapkan oleh prajurit Inggris lainnya, John Ferguson dalam kesaksiannya.

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved