Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Orang Indonesia di Jerman

Sejarah Pilu Pesta Rakyat di Stuttgart Akibat Letusan Tambora

Ini Cerita Orang Indonesia di Jerman. Tertarik pada masalah sosial-budaya dan olahraga.

Dokumentasi Pribadi Meike Juliana Matthes
Ini tentang Pesta Rakyat di Jerman, tepatnya di kota Stuttgart yang sejarahnya berhubungan dengan meletusnya gunung Tambora di Indonesia. 

Gunung Tambora adalah gunung berapi aktif di pulau Sumbawa. Pada tanggal 10-15 April 1815 terjadi letusan dahsyat dari gunung tersebut. Itu adalah letusan terbesar dalam 10.000 atau bahkan mungkin 25.000 tahun terakhir, yang dipicu oleh pergerakan lempeng tektonik kerak bumi.

Letusan Tambora adalah yang terbesar setelah letusan di Taupodi Selandia Baru sekitar 26.500 hingga 25.000 tahun lalu.

Abu vulkaniknya mencapai Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Maluku. Menewaskan hingga 70.000 orang di Sumbawa dan Lombok, belum terhitung di wilayah lain. Material yang dikeluarkan dari letusan itu menyebabkan perubahan iklim global, sampai ke benua Eropa dan Amerika Utara.

Debu vulkanik Tambora terlempar tinggi ke Atmosfer dan menutupi seluruh bumi seperti selubung. Inilah yang disebut sebagai “Jahr ohne Sommer“ atau tahun tanpa musim panas.

Ada juga sebutan lain yaitu “Achtzehnhundertunderfroren” atau tahun seribu delapan ratusan yang beku.

Di Eropa Tengah, badai yang berlangsung sepanjang musim panas menyebabkan banyak banjir dan gagal panen, yang pada gilirannya mengalami kelaparan dan epidemi seperti penyakit tifus dan kolera. Diperkirakan 100.000 orang meninggal di seluruh dunia.  (www.segu-geschichte.de)

Di Baden-Württemberg sendiri, pasangan Raja Wilhelm Friedrich Karl dan Ratu Katharina memerlukan waktu tiga tahun untuk meletakkan dasar-dasar kemakmuran. Penduduknya pun bekerja keras.

Pada tahun 1818, keadaan negeri membaik, kesejahteraan penduduk dan ladang-ladang pun memberi hasil kembali. Rasa ucapan syukur atas musim penuaian yang datang lagi, dirayakan pertama kali pada 28 September 1818 dan disebut sebagai Landwirtschaftlichen Hauptfest atau Festival Besar Pertanian. Ini adalah asal-muasal pesta rakyat, Cansstatter Volkfest ini.

Tapi sayang sekali Sang Ratu tidak bisa lebih lama melihat kegembiraan negerinya. Dia mangkat di tahun 1819.

Dari hal di atas bisa dilihat secara spesifik bahwa suatu festival itu ada, jika dihubungkan dengan karakter yang sangat khas pada masyarakat Jerman khususnya di Swabia atau Baden- Württemberg, yaitu apa yang mereka sebut sebagai “Erst Arbeit, dann das Vernügen” yang artinya, pertama bekerja kemudian bersenang-senang.

Pada Jumat, 22 September kemarin, pesta yang bertempat di tepi sungai Neckar dengan luas 16 Ha itu, dibuka secara resmi oleh Walikota Stuttgart, Frank Nopper.

Festival ini akan berlangsung selama 17 belas hari lamanya sampai tanggal 8 Oktober.

Berbagai wahana mainan tersedia, sebut saja diantaranya, komidi putar anak-anak dan komidi putar spektakuler, kereta hantu, kincir raksasa terbesar di dunia, setinggi 55m dengan 42 gondola berdesain modern.

Bagi pecandu adrenalin tersedia Fortress Tower atau menara terjun bebas setinggi 80 m, karosel rantai Aeronaut bisa membawa ke ketinggian yang memusingkan hingga 70 m.

Infinity yaitu ayunan raksasa yang melemparkan pengunjung 65m ke udara dengan kecepatan 120 km/h, The best XXL atau pendulum raksasa dengan kecepatan 126 km/h, Hot Shot yaitu mainan seperti bola katapel yang melayang cepat di udara di mana di dalam bolanya duduk dua orang.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved