Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kesehatan

Apa Itu Mati Batang Otak? Dialami Seorang Anak di Bekasi hingga Meninggal, Ini Penjelasan Dokter

Seorang anak berinisial A (7), yang diduga menjadi korban malpraktik di Rumah Sakit Kartika Husada Jatiasih

Editor: Glendi Manengal
sciencedaily.com
Ilustrasi otak manusia 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Diketahui kesehatan menjadi salah satu hal penting untuk setiap orang.

Apa pun akan dilakukan agar tetap sehat dan bisa beraktifitas seperti biasa.

Terkait hal tersebut kali ini akan membahas soal otak.

Yakni soal mati batang otak yang belum lama ini dialami seorang anak.

Seperti yang diketahui anak yang mengalami mati batang otak meninggal dunia.

Lantas apa sebenarnya mati batang otak itu?

Yang diduga anak yang didiagnosis mati batang otak jadi korban malpraktik.

Seorang anak berinisial A (7), yang diduga menjadi korban malpraktik di Rumah Sakit Kartika Husada Jatiasih, Kota Bekasi akhirnya meninggal dunia.

Penyebab meninggalnya A karena didiagnosis mati batang otak berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale) setelah operasi amandel.

Dilansir dari Kompas.com, Rabu (3/10/2023), kabar meninggalnya A, disampaikan langsung oleh sang Ayah, Albert Francis, dalam sebuah pesan singkat.

“Betul, anak saya sudah meninggal dunia,” ungkap Albert melalui pesan WhatsApp kepada wartawan, Senin (2/10/2023) malam.

Albert mengungkapkan, anaknya meninggal dunia pada Senin sekitar pukul 18.45 WIB.

Lantas, apa yang dimaksud dengan mati batang otak?

Penjelasan dokter

Dokter Spesialis Saraf Konsultan Neurodegeneratif di Rumah Sakit Mandaya Royal Puri, Pukovisa Prawiroharjo menyampaikan, mati batang otak adalah kondisi medis dengan kriteria-kriteria tertentu dalam perawatan alat bantu hidup di ICU yang disepakati dokter seluruh dunia sebagai kematian seseorang.

“Banyak faktor yang menyebabkan pasien bisa mengalami mati batang otak, intinya pasien sudah tidak tertolong lagi dari berbagai faktor tersebut sehingga menyebabkan kematian otak atau batang otak,” ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (3/10/2023).

Ia menjelaskan, bahwa mati batang otak bukanlah sebuah penyakit, tetapi kondisi yang disepakati sebagai kematian seseorang.

Penyebab mati batang otak

Pukovisa mengungkapkan bahwa setiap tindakan operasi apa pun selalu memiliki risiko dan penyebab. Salah satu risiko medis dari operasi adalah kematian.

Menurutnya, ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami mati batang otak. Penyakit dalam keadaan yang sangat berat dan tak tertolong menjadi salah satu faktor utamanya. 

Mati batang otak imbuhnya, tidak hanya berdasarkan GCS, tapi juga berdasarkan parameter-parameter lainnya.

“Kasus per-kasus perlu penelaahan tersendiri,” kata dia.

“Jika sudah semuanya muncul parameter tersebut, dokter spesialis neurologi dan anastesi, serta satu dokter lainnya berwenang menetapkan mati batang otak dan mengabarkan ke keluarga mengenai kematian pasien tersebut,” imbuhnya.

Sementara itu, dilansir dari NHSinform, kematian batang otak dapat terjadi ketika suplai darah atau oksigen ke otak terhenti.

Mati batang otak dapat disebabkan oleh:

- Ketika jantung berhenti berdetak dan otak kekurangan oksigen.

- Keadaan darurat medis serius yang terjadi ketika suplai darah ke jantung tiba-tiba tersumbat.

- Keadaan darurat medis serius yang terjadi ketika suplai darah ke otak terhambat atau terganggu.

- Penyumbatan pada pembuluh darah yang mengganggu atau menghalangi aliran darah ke seluruh tubuh.

- Cedera kepala yang parah.

- Pendarahan otak.

- Tumor otak.

Untuk menentukan apakah telah terjadi kematian batang otak, para dokter akan menjalankan serangkaian tes. Pengujian dilakukan dua kali untuk meminimalkan kemungkinan kesalahan. 

Tes yang digunakan untuk menentukan kematian batang otak yakni: 

- Senter disinarkan ke kedua mata untuk melihat apakah pasien bereaksi terhadap cahaya. 

- Kornea (lapisan luar mata yang transparan) biasanya sangat sensitif, diusap menggunakan tisu atau kapas untuk melihat apakah mata bereaksi. 

- Tekanan diberikan pada dahi dan hidung, kemudian dicubit untuk melihat apakah ada gerakan sebagai respon. 

- Memasukkan air dingin ke setiap telinga karena dapat menyebabkan mata bergerak. 

- Sebuah tabung plastik tipis dipasang di batang tenggorokan (trakea) untuk melihat apakah hal tersebut memicu tersedak atau batuk. 

- Orang tersebut diputuskan sambungannya dari ventilator selama beberapa waktu untuk melihat apakah mereka berusaha bernapas sendiri. 

Kematian batang otak akan didiagnosis jika seseorang gagal merespons semua tes ini. 

Karena terkadang, anggota tubuh atau batang tubuh (bagian atas tubuh) seseorang dapat bergerak, bahkan setelah kematian batang otak didiagnosis. 

Gerakan refleks tulang belakang ini dihasilkan oleh sumsum tulang belakang dan tidak melibatkan otak sama sekali. 

Oleh karena itu, hal tersebut tidak akan mempengaruhi diagnosis kematian otak. 

(Sumber Kompas)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved