Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Manado Sulawesi Utara

PANTAS Pengamen Boneka Lampu Merah di Manado Ditertibkan Dishub dan Pol-PP, Kini Terancam Dipenjara

Ya pengamen boneka yang kerap bergoyang di Lampu merah di beberapa titik yang ada di Manado, Sulut mulai ditertibkan.

|
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Indry Panigoro
kolase Tribunmanado/ HO
PANTAS Pengamen Boneka Lampu Merah di Manado Ditertibkan Dishub dan Pol-PP, Kini Terancam Dipenjara 

Bersama sejumlah rekannya, Kude menjelajahi lampu merah di Manado untuk mengais rezeki. 

Pekerjaan badut lampu merah, sebut dia, sangat sulit, butuh stamina tinggi.

Seharian mereka harus berdiri, bergoyang, kadang berlari di bawah sinar matahari terik. 

Itu semua dilakoni dalam balutan kostum badut yang sangat tebal. 

"Gerah rasanya, keringat banyak sekali. Kalori terbakar sangat banyak," katanya. 

Kude beberapa kali nyaris pingsan karena kehabisan tenaga.

"Syukurlah bisa teratasi. Saya harus bekali dengan pocari sweat agar tak habis tenaga," katanya.

Sinar matahari memang menyiksanya, tapi hujan bakal mematikannya.

Karena itulah Kude tak pernah mengutuk matahari.

"Kalau hujan justru tak bisa kita cari uang," kata dia. 

Ada malaikat, ada setan.

njgfnkglfmnlhg
Lampu badut merah di Jalan Soekarno, Minut, Sulawesi Utara, Kamis (25/5/2023) malam.

Itulah realitas hidup yang dialami semua manusia, termasuk Kude.

Banyak yang berhati malaikat.

"Ada yang kasih kami minuman, banyak pula yang kasih uang banyak. Tapi ada pula yang sengaja menyambar kami dengan kendaraan," kata dia. 

Bekerja seminggu penuh dari pagi hingga malam dengan sistem shift, Kude beroleh cuan sekira Rp 300 ribu per hari.

Potong setoran ke bos dan biaya lain-lain, ia mengantongi bersih Rp 100 ribu per hari. 

Kude mengaku kerap kelelahan, tapi ia tidur nyenyak. 

Tak ada beban menghimpit, tak ada yang ia lukai, rugikan, atau curi. 

Ia hanya bergoyang untuk menghibur, diberi uang ya syukur, tidak juga tak mengapa. 

Bangun pagi-pagi untuk mencari cuan di pojok lampu merah, begitu seterusnya. 

Banyak yang mencibir, menyebut mereka pengemis, atau tukang tipu.

Di beberapa daerah, Satpol PP menangkap mereka, sebagaimana video yang viral itu. 

Tapi Kude sangat bersyukur pada Tuhan atas pekerjaan itu.

Ia tak bersekolah, maka mungkin jadi badut jalan satu-satunya untuk bertahan hidup. 

Tapi tak semua seperti Kude.

Banyak yang diberi nikmat 1000 kali, tapi ingin lebih lagi, lalu korupsi.

Banyak pejabat yang korupsi.

Mungkin mereka harus belajar dari badut, tentang apa lagi nikmat yang harus kau dustakan. (Ren/Art)

Artikel ini telah tayang di TribunManado.co.id

Baca Berita Lainnya di: Google News

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved